TRIBUNNEWS.COM - Sebagai seorang pebalap, Valentino Rossi adalah sosok besar, legenda hidup, di MotoGP.
Tak ada yang meragukan kemampuannya di lintasan.
Namun, banyak pihak menilai ambisi Valentino Rossi untuk memenangkan gelar ke-10 dianggap hal yang naif dan tak masuk akal.
Mantan pembalap MotoGP, Carlos Checa, misalnya.
Dia menyebut mengungkapkan sudah terlambat bagi Valentino Rossi untuk bisa menggenapi torehan gelar juaranya.
Dalam beberapa musim terakhir, pembalap Monster Energy Yamaha, Valentino Rossi, mengalami penurunan performa tatkala menjalani kompetisi di kelas MotoGP.
Penurunan performa yang dialami rider berjulukan The Doctor itu tidak lepas dari faktor usianya yang kini telah melewati 41 tahun.
Sudah lebih dari dua musim Valentino Rossi mengalami paceklik kemenangan, sejak menjadi juara di Sirkuit Assen, Belanda pada musim 2017.
Penurunan performa rider asal Italia itu kian terlihat pada musim lalu, ketika dia hanya meraih dua podium saja dari 19 seri balapan yang dijalani.
Valentino Rossi sempat tampil tak ubahnya seperti seorang pesakitan lantaran dia meraih gagal finis dalam tiga seri beruntun musim lalu.
Motivasi Rossi untuk membalap seringkali dikaitkan dengan kans meraih gelar juara ke-10 dalam kariernya. Saat ini, koleksi titel juara dunia Rossi baru ada di angka sembilan.
Situasi yang dialami Rossi mengundang perhatian dari mantan pembalap MotoGP asal Spanyol, Carlos Checa.
Checa menilai sulit bagi Valentino Rossi untuk bisa mendapatkan gelar juara dunianya yang ke-10 pada ajang MotoGP.
"Saya tidak ingin mengatakannya bahwa dia (Rossi) sudah terlambat," kata Carlos Checa, dilansir BolaSport.com dari Mundo Deportivo.
Pernyataan El Toro itu cukup beralasan karena pada saat ini Valentino Rossi tak mampu memenuhi ekspektasi para penggemar yang selalu ingin melihat dia berada di podium.
"Dia adalah salah satu pembalap terbaik sepanjang sejarah, tetapi dia sudah tidak lagi mampu berada di tempat yang kita inginkan," ucapnya lagi.
Pria berusia 47 tahun itu merasa sedih jika melihat penampilan yang tidak konsisten dari Valentino Rossi yang beberapa kali menjadi rider Yamaha paling belakang.
"Melihatnya hanya untuk bersaing di 10 besar dan kemudian crash serta menjadi pembalap Yamaha yang finis paling bekalang, itu tidak masuk akal," ucapnya mengakhiri.