TRIBUNNEWS.COM- Mantan petinju profesional Indonesia, Chris John atau pemilik julukan The Dragon itu, mengkisahkan bagaimana awal kariernya sebagai petinju profesional.
Siapa sangka, Chris John berkibar sebagai atlet tinju profesional mengawali kariernya sebagai atlet wushu.
Memulai karir profesionalnya pada 1996 lalu, perjalanan Chris John untuk menjadi seorang gelar juara sejati tidak mudah.
Baca: Cerita Legenda Tinju Nasional Chris John: Banting Setir dari Wushu Hingga Juara Kelas Bulu WBA
Baca: Penjual Es Ini Ikuti Jejak Chris John, Tanding 15 Desember Ini, Gaya Tinjunya Mirip Manny Pacquiao
Namun jalan kesuksesannya mulai ditapaki ketika ia sukses menundukkan Word Kanda di laga profesional perdananya.
Beberapa gelar pernah di raih, di antaranya ialah juara dunia kelas bulu versi PABA.
Pasca mendapatlkan titel tersebut, The Dragon kemudian berhasil merengkuh gelar juara dunia kelas bulu versi WBA.
Chris John sendiri menceritakan bagaimana kisah inspiratifnya yang berjuang dari atlet wushu yang kemudian beralih ke olahraga tinju.
Awal karier sang The Dragon dimulai pada tahun 1996 untuk level profesional.
"Tahun 1996 saya beralih ke pro. Di sasana saya profesional di semarang ada wushu juga. Sepertinya tinju dikolaborasi dengan wushu sangat bagus."
Usaha yang keras dan giat berlatih ternyata tak membohongi bagi The Dragon.
Dirinya berhasil memenangkan pertandingan dalam tajuk eksebisi.
Walhasil, Chris John kemudian terpilih untuk event SEA Games 2007.
"Waktu eksebisi di Jakarta saya menang. Waktu itu kepilih saya untuk sea games 2007," ujarnya, Kamis (11/6/2020), seperti yang dikutip dari laman TribunBogor.
Ia kemudian membeberkan bagaimana perbedaan teknik yang dimiliki dari olahraga wushu dan tinju.
"Nah kalau untuk wushu tidak boleh pukulan beruntun. Harus gantian berapa kali perut berapa kali wajah," jelas mantan petinju kelahiran Banjarnegara tersebut.
Perlahan namun pasti, prestasi demi prestasi berhasil ditorehkan pria kelahiran 14 September 1979 itu.
"Di 2003 saya juara dunia dan saya fokus ke tinju. Jadi saya tidak bisa cabang lainnya. Intinya sih biar fokus ya," paparnya.
Ia pun mengakaui bahwa popularitasnya saat itu terdongkrak karena olahraga tinju sedang dalam tren menanjak.
"Waktu itu tinju sedang booming ya. Nah waktu itu benar-benar mendongkrak nama saya. Itu saya sangat bersyukur," ungkapnya.
Chris John lebih lanjut berkomentar mengenai bakat-bakat petinju muda yang dimiliki oleh Indonesia.
Ia berharap agar kedepannya event-event untuk wadah para petinju muda berkompetisi kembali digalakkan.
"Kalau sekarang minat masyarakat masih besar ya terhadap tinju dan bakat tinju di tanah air berpotensi bisa meraih prestasi di dunia."
"Sangat disayangkan saat ini event tinju seperti mati suri," ujarnya melanjutkan.
Baca: Penjual Es Ini Ikuti Jejak Chris John, Tanding 15 Desember Ini, Gaya Tinjunya Mirip Manny Pacquiao
Baca: Tengah Berselisih dengan Bos UFC, Jon Jones Justru jadi Petarung Favorit Mike Tyson
Usai gantung sarung tinju, Chris John ternyata tidak bisa berjauhan dari dunia yang membesarkan namanya.
Ia memilih untuk terjun ke dunia promotor tinju, sekaligus dapat mengamati sejauh mana potensi-potensi atlet petinju muda yang dimiliki Indonesia.
The Dragon menutup karirnya dengan rekor 52 kali bertanding, 48 kali menang, 28 seri, tiga kali seri dan hanya sekali kalah.
Pemilik gaya tarung orthodox ini juga sukses menorehkan beberapa prestasi di luar asosiasi seperti medali emas di SEA Games 1997 di Jakarta.
(Tribunnews.com/Giri)(TribunBogor/Yudistira Wanne)