"Nah kalau untuk wushu tidak boleh pukulan beruntun. Harus gantian berapa kali perut berapa kali wajah," jelas mantan petinju kelahiran Banjarnegara tersebut.
Perlahan namun pasti, prestasi demi prestasi berhasil ditorehkan pria kelahiran 14 September 1979 itu.
"Di 2003 saya juara dunia dan saya fokus ke tinju. Jadi saya tidak bisa cabang lainnya. Intinya sih biar fokus ya," paparnya.
Ia pun mengakui bahwa popularitasnya saat itu terdongkrak karena olahraga tinju sedang dalam tren menanjak.
"Waktu itu tinju sedang booming ya. Nah waktu itu benar-benar mendongkrak nama saya. Itu saya sangat bersyukur," ungkapnya.
Chris John lebih lanjut berkomentar mengenai bakat-bakat petinju muda yang dimiliki oleh Indonesia.
Ia berharap agar kedepannya event-event untuk wadah para petinju muda berkompetisi kembali digalakkan.
"Kalau sekarang minat masyarakat masih besar ya terhadap tinju dan bakat tinju di tanah air berpotensi bisa meraih prestasi di dunia."
"Sangat disayangkan saat ini event tinju seperti mati suri," ujarnya melanjutkan.
Baca: Penjual Es Ini Ikuti Jejak Chris John, Tanding 15 Desember Ini, Gaya Tinjunya Mirip Manny Pacquiao
Baca: Tengah Berselisih dengan Bos UFC, Jon Jones Justru jadi Petarung Favorit Mike Tyson
Usai gantung sarung tinju, Chris John ternyata tidak bisa berjauhan dari dunia yang membesarkan namanya.
Ia memilih untuk terjun ke dunia promotor tinju, sekaligus dapat mengamati sejauh mana potensi-potensi atlet petinju muda yang dimiliki Indonesia.
The Dragon menutup karirnya dengan rekor 52 kali bertanding, 48 kali menang, 28 seri, tiga kali seri dan hanya sekali kalah.
Pemilik gaya tarung orthodox ini juga sukses menorehkan beberapa prestasi di luar asosiasi seperti medali emas di SEA Games 1997 di Jakarta.
(Tribunnews.com/Giri)(TribunBogor/Yudistira Wanne)