Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gatot S Dewa Broto punya jabatan yang sangat strategis di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Sejak Februari 2017 silam Gatot dilantik sebagai Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora).
Sebagai Sesmenpora atau Kepala Kantor ia mengaku paham betul dengan kinerja Kemenpora bahkan celah-celah yang bisa menimbulkan penyelewengan anggaran.
Ia pun kerap mewanti-wanti setiap pejabat atau staf Kemenpora agar berhati-hati menggunakan anggaran negara. Bahkan ia pernah menyebut banyak “ranjau” di deputi IV yang dulu pernah ia pimpin.
“Ya, ranjau-ranjaunya saya tahu. Makanya, waktu Pak Mulyana menggantikan saya (Deputi IV), saya sudah mengingatkan ke Pak Mulyana untuk berhati-hati karena di sana banyak ranjaunya,” kata Gatot kepada Tribunnews pada 25 September 2019.
Seperti diketahui, eks Deputi IV Kemenpora, Mulyana telah divonis 4 tahun 6 bulan penjara atas tindakannya menerima sejumlah uang dan mobil untuk membantu percepatan proses persetujuan dan pencairan dana hibah dari Kemenpora yang akan diberikan kepada KONI.
Kasus tersebut pun turut menjerat Imam Nahrawi yang kala itu menjabat sebagai Menpora. Imam Nahrawi divonis 7 tahun penjara.
Dalam kasus ini, Imam bersama asisten pribadinya, Miftahul Ulum, dinilai terbukti menerima suap sebesar Rp 11,5 miliar dari mantan Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Ending Fuad Hamidy dan mantan Bendahara KONI Johnny E Awuy.
Seperti diketahui, kasus Menpora yang terjerat korupsi bukan terjadi kepada Imam Nahrawi. Menpora sebelumnya, Andi Alfian Mallarangeng juga terjerat kasus serupa.
Andi Mallarangeng divonis empat tahun penjara pada 2014 silam karena terbukti korupsi dalam proyek pembangunan lanjutan pusat pendidikan dan sekolah olahraga nasional Hambalang.
Melihat dua Menpora sebelumnya terjerat korupsi, Gatot kini berupaya untuk mengembalikan citra Kemenpora yang telah rusak. Ia kini membantu Menpora Zainudin Amali untuk terhindar dari praktik-praktik terlarang itu.
Seperti diketahui di bawah pimpinan Zainudin Amali, Kemenpora baru saja mendapatkan status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI. Penghargaan itu terakhir didapatkan Kemenpora pada 10 tahun lalu.
“Kalau misalnya Messi cetak tiga gol dalam satu pertandingan kan namanya hattrick, itu bagus. Tapi kalau di sini saya tidak mau ada masuk lagi, kalau kejadian lagi kemenpora jadi mencatatkan hattrick. Saya tidak mau itu,” kata Gatot, Selasa (15/12/2020).
Lebih lanjut, Gatot juga membeberkan dirinya yang menduduki jabatan strategis juga tak ayal kerap bersinggungan dengan kesempatan-kesempatan terlarang tersebut.
Namun, dengan pendiriannya yang kuat dan tujuan hidupnya yang lurus membuat dirinya terhindar dari praktik yang bisa membawanya masuk ke bui.
“Ya prinsip itu sejak awal itu saya terbiasa kerja secara profesional masalah gaji atau bonus itu setiap orang kan relatif menilai kurang atau lebih, itu sangat berbeda satu sama lain,” kata Gatot.
“Tapi kalau saya, saya nikmati saya syukuri apa yang saya miliki dan kalau meminjam istilah film ya kalau kita tidak ingin terbakar ya jangan bermain api. Tahu kalau itu ada potensi kebakaran ya kita jangan kita ikut-ikutan,” pungkasnya.