Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COMRafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi pecinta olahraga bulu tangkis tentu belum lupa kejadian baru-baru ini tentang sanksi dan juga denda yang diberikan oleh BWF, selaku federasi bulu tangkis dunia kepada delapan pebulu tangkis Indonesia yang terlibat dalam pengaturan skor pertandingan.
Perbuatan yang mencoreng nilai-nilai sportivitas di bulu tangkis di tahun 2016 hingga 2017 silam, dan hasilnya, tak hanya denda dalam bentuk uang, tiga diantaranya dilarang bertanding dan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bulu tangkis selamanya.
Sedangkan lima lainnya dijatuhi skorsing dari enam sampai 12 tahun.
Legenda pebulu tangkis tunggal putra Indonesia era 80an, Kurniahu Gideon pun memberikan komentarnya alasan mengapa atlet dapat terjerumus ke dalam kecurangan.
"Faktornya bisa karena ingin cepat mendapatkan uang dan mentalnya pun kurang terasah," ujar Kurniahu.
Menurutnya, bagi atlet yang tidak punya mental sportivitas yang baik, akan mudah tergoda oleh bandar, sehingga mau terlibat di dalamnya.
Lanjutnya, seorang atlet seharusnya menyadari nilai-nilai luhur olahraga dan mampu melakukan penolakan.
"Kuncinya ada di pembinaan usia dini. Nilai-nilai olahraga, seperti menjungjung tinggi sportivitas ditanamkan. Selain itu, di usia dini juga diajarkan bahwa tidak ada kesuksesan yang instan, sehingga jiwa pantang menyerah penting untuk ditanamkan," tuturnya.
Selain itu, ada pula nilai-nilai lain yang bisa disisipkan di usia dini, diantaranya takut akan Tuhan, hidup di jalan yang benar dimana tidak merugikan orang lain.
Kurniahu sendiri menanamkan nilai-nilai ini di Gideon akademi yang terletak di Cibubur.
Ya, ayah dari Marcus Fernaldi Gideon, pebulutangkis ganda putra Indonesia ini memutuskan membina usia dini di Gideon Badminton Hall.