TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga turnamen berkategori BWF super 1000 di Thailand pada bulan Januari 2021 menjadi bahan evaluasi penting bagi induk organisasi bulu tangkis Indonesia, PBSI.
Wakil Indonesia hanya membawa "oleh-oleh" satu gelar dari sektor ganda putri pada ajang Yonex Thailand Open 2021, yakni Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Sementara sektor lainnya sarat akan bahan evaluasi.
Kabid Binpres PBSI, Rionny Mainaky, bahkan terus terang mengkritik soal daya juang atlet.
Rionny menegaskan bahwa wakil-wakil Indonesia kebanyakan tak punya daya juang dalam tiga turnamen di Thailand tersebut.
Baca juga: Pengacara Ungkap Sosok Pebulu Tangkis yang Dekat dengan Edhy Prabowo, Ternyata Bukan Debby
Selain kurangnya daya juang, evaluasi lain disampaikan oleh Kepala Sub Bidang Pengembangan Sport Science PP PBSI, Iwan Hermawan.
Yang disorot Iwan adalah kondisi fisik para pebulu tangkis Indonesia yang kendor dan beberapa dari mereka tak ideal.
Menurut Iwan, beberapa pemain yang saat ini berada di Pelatnas Cipayung mengalami kegemukan.
"Untuk beberapa pemain yang overweight [kegemukan] juga kami fokuskan kondisi fisiknya agar kembali ideal, karena kalau sudah overweight [kegemukan] kerja ototnya dan kerja untuk menggerakkan tubuhnya butuh tenaga ekstra di samping geraknya menjadi lambat. Pada akhirnya ini mempengaruhi daya tahan yang menjadi pondasi dari semua," ujar Iwan dalam rilis resmi PBSI.
Masalah fisik para pemain juga jadi hal yang diakui sebagai kelemahan yang masih tampak di Thailand dan harus diperbaiki untuk persiapan tur Eropa.
"Saya akui beberapa atlet kondisi fisiknya memang masih kedodoran, jadi secara khusus saya sudah berbicara dengan para pelatih fisik. Di minggu ini kami akan melihat dulu apa saja yang kurang lalu minggu depan mencoba memenuhi kebutuhan program agar sesuai standarnya. Termasuk pemenuhan gizi dan suplemen dari tim medis," kata Iwan.
Baca juga: Legenda Pebulu Tangkis Tunggal Putra Indonesia: Tanamkan Sportivitas Sejak Usia Dini
Selain soal berat badan dan kondisi fisik yang belum ideal, Iwan mengakui pertandingan di masa pandemi Covid-19 menjadi sebuah hal yang harus mendapatkan penanganan khusus.
Mulai dari protokol kesehatan yang ketat, pembatasan ruang gerak hanya di hotel dan tempat pertandingan, juga pemeriksaan tes usap yang berkala menjadi kekhawatiran yang terus-menerus.
Iwan menyatakan PBSI juga bakal mempersiapkan kondisi psikologis atlet agar lebih siap menghadapi turnamen di tengah pandemi.
"Saya sudah rapat dengan semua, hal non-teknis ini harus kita antisipasi dan saya menyarankan kita coba simulasi di lingkungan pelatnas dengan situasi yang sama seperti di dalam pertandingan yang akan kita hadapi. Saya juga akan berkoordinasi dengan pelatih untuk menambah volume latihan demi mempertahankan daya tahan yang baik untuk atlet kita," ujar Iwan.
Baca juga: PBSI Jelaskan Soal Anthony, Greysia/Apriyani dan Praveen/Melati Tak Dikirim ke Swiss Open
Pebulutangkis Indonesia akan kembali berlaga di rangkaian tiga turnamen di Eropa yaitu Swiss Open, German Open, dan All England pada bulan depan.
Dalam dua turnamen tersebut, komposisi kontingen Tanah Air sedikit berbeda.
Ganda putra Indonesia nomor satu dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, hanya beraksi di Jerman Open.(tribun network/jid/dod)