TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua kakak beradik asal Bogor, Jawa Barat, Zahran Kautsar Fortius Kamarullah (11) dan adiknya Zahira Aulyanissa Putri Kamarullah (8) mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.
Zahran, menyabet peringkat ketiga Kejuaraan Dunia Karate Junior di bawah usia 11 tahun atau U-11 kategori kata.
Zahira lebih dahsyat. Ia menggondol gelar juara kategori kata pra usia dini turnamen yang sama pada kategori U-7.
Turnamen yang diikuti Zahran-Zahira sejatinya berlangsung di Brasil pada 30-31 Oktober 2020 lalu.
Namun, pandemi Covid-19 memaksa panitia untuk menyelenggarakannya secara virtual. Meski demikian, para peserta tetap antusias. Zahran-Zahira bersaing ketat dengan ratusan peserta.
Bagaimana kisah mereka sampai bisa berprestasi di kancah dunia?
Jurnalis Warta Kota Rafsanzani Simanjorang berkesempatan mewawancarai Zahran-Zahira di Desa Mampir, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, belum lama ini.
Keduanya didampingi Nurul Kamarullah, ayah sekaligus pelatih mereka.
Berikut petikan wawancaranya:
Selamat atas gelar yang kalian raih pada Kejuaraan Dunia Karate Junior. Apa yang kalian rasakan saat ini?
Zahran (Zn): Senang banget sebab bisa juara dunia baru kali ini. Sekarang ada lagi pertandingan di Asean (Asia Tenggara), kami akan ikut.
Zahira (Za): Iya sama rasanya, senang banget.
Boleh diceritakan proses latihan kalian sebelum pertandingan?
Zn: Kalau latihan tidak terhitung lagi. Tapi biasanya tiap latihan itu kami sampai dua jam. Tapi terkadang lebih, jadi dua jam setengah.
Latihannya itu basic terus latihan kata (kategori yang dipertandingan pada karate-jurus).
Za: Biasanya tiga kali dalam seminggu. Jamnya sama, sekitar itu (dua jam).
Baca juga: Zahira Aulyanissa Putri Kamarullah dan Zahran Kautsar Fortius Kamarullah Senang Bertemu Bupati Bogor
Baca juga: Putra Putrinya Raih Juara Dunia, Pelatih Karateka Bogor Beberkan Hal Ini
Biasanya pertandingan berlangsung tatap muka. Tapi pandemi mengubah segalanya. Kesulitan apa yang kalian rasakan saat tampil di turnamen namun secara virtual?
Zn: Virtual kadang susah. Pernah dalam kesempatan wasitnya ngantuk, jadi disuruh ulang.
Za: He-he-he. Iya sama, misalnya wasitnya ngantuk, jadi diulang-ulang gitu gerakannya.
Untuk Pak Nurul, bisa diceritakan awal mula kedua anak bapak mengikuti kejuaraan di Brasil?
Untuk ikut kejuaraan mereka memang sudah sering ya. Sering kalah juga. Untuk pertandingan kata memang berat, dan banyak pesaing.
Turnamen di Brasil itu kami mempersiapkan diri secara khusus. Berhubung ini masa pandemi, jadi saya banyak waktu untuk latihan dan lebih detail.
Turnamen di Brasil itu kami tidak ada target, masuk 10 besar pun sudah bersyukur sekali karena ada 37 negara dan lebih 1500-an atlet yang ikut. Bahkan di kategori mereka aja saingannya ratusan.
Untuk kata virtual dengan level dunia tentu sulit karena sangat detail. Juri bisa melihat, mengulang bahkan bisa membandingkan yang satu dengan yang lain secara mudah.
Beda dengan pertandingan langsung. Kalau virtual, video yang dikirim pasti video yang terbaik dan ini cukup ketat. Kami mengirimkan dua video terbaik.
Berapa lama bapak mempersiapkan mereka sebelum kejuaraan?
Kami berlatih hampir dua bulan latihan untuk persiapan. Untuk tingkat profesional memang latihannya boleh dibilang nangis-nangis juga.
Tapi setelah mereka meraih juara, mereka menikmatinya. Kalau saat ini, mereka latihan sudah dengan kesadaraan diri masing-masing, tidak ada rasa terpaksa.
Jika jamnya latihan, mereka akan berlatih tanpa harus diinstruksikan. Kemudian proses dari basic di karate hingga belajar kata itu kan sulit, memang tidak bisa langsung ya.
Dalam latihan itu tetap kami bagi programnya, baik dari pemanasan, basic yang menunjang gerakan ke kata, dan baru latihan kata itu sendiri. (tribun network/warta kota/m21/eko)