News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Olimpiade Tokyo

Dirdja Wihardja Harapkan Pemerintah juga Perhatikan Nasib Pelatih Peraih Medali Emas Olimpiade

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dirdja Wihardja

Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah penghargaan yang besar dari pemerintah RI saat memberi semangat kepada para atlet Indonesia yang akan berjuang di Olimpiade Tokyo. 

Tak tanggung-tanggung, atlet peraih Medali Emas Olimpiade akan dihadiahi bonus senilai Rp 5 Miliar oleh pemerintah.

Bonus ini sama dengan bonus yang diberikan pemerintah saat Olimpiade 2016 lalu.

Nilai fantastis ini pun dianggap wajar oleh Pelatih Angkat Besi Indonesia, Dirdja Wihardja, mengingat atlet mengorbankan banyak hal untuk mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia.

Lifter putri, Sri Wahyuni Agustiani didampingi manajer tim angkat besi Indonesia, Dirdja Wihardja memberi salam kepada para pendukungnya usai mengikuti upacara pengalungan medali dalam laga angkat besi SEA Games 2013 kelas 48 kg di Stadion Theinphyu, Yangon, Myanmar, Jumat (13/12/2013). Dengan total angkatan seberat 188 kg, Sri Wahyuni menjadi perempuan terkuat di kelas tersebut dan berhak dikalungi medali emas. KOMPAS/WAWAN H PRABOWO (KOMPAS/WAWAN H PRABOWO)

"Saya mengapresiasi hal itu mengingat atlet juga mengorbankan banyak seperti waktu masa remaja atau masa mudanya, waktu bersama keluarga dan banyak hal lainnya demi berlatih," kata Dirdja Wihardja.

Hanya saja, dirinya juga berharap agar para pelatih pun nantinya bisa mendapatkan penghargaan pula.

Jika perlu, bukan hanya penghargaan sekejab namun bagaimana bisa menerapkan kebijakan baru seperti pemberian tunjangan seumur hidup, atau diangkat sebagai kewarganegaraan kehormatan seperti di luar negeri.

"Dulu ada tunjangan selama setahun. Tapi usai itu tidak ada lagi. Memang pelatih jadi perhatian juga semestinya," tutur Dirdja Wihardja.

Dirdja Wihardja pun mengakui bahwa beban atlet berbeda dengan beban pelatih. Jika atlet pulang ke rumah dengan tangan hampa, maka support akan tetap diterima.

Sedangkan bagi pelatih, jika pulang ke rumah dengan tangan hampa, maka dapur menjadi pikiran pula agar tetap mengepul. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini