Kemenangan rubber game dengan skor 15-6, 9-15, dan 15-9 akhirnya membuat Shon Seung-Mo berhak tampil di final.
Hadirnya Shon Seung-Mo bermain sebagai finalis tunggal putra memang menjadi kejutan tersendiri pada waktu itu mengingat banyak pebulu tangkis lain yang lebih diunggulkan mencapai titik tersebut.
Meskipun harus kalah melawan Taufik Hidayat pada laga final, Shon Seung-Mo sempat menampilkan permainan ciamik.
Permainan ciamik itu terlihat ketika Shon Seung-Mo mampu unggul jauh dengan skor 7-0 pada awal set pertama melawan Taufik Hidayat.
Hanya saja kelengahan Shon Seung-Mo akhirnya berhasil dimanfaatkan Taufik Hidayat untuk berbalik unggul 8-15.
Di set kedua, Taufik Hidayat yang mampu menguasai permainan akhirnya berhasil menyudahi perlawanan Shon Seung-Mo dengan skor 7-15.
Hasil itupun akhirnya membuat Shon Seung-Mo harus puas merah medali perak dalam gelaran Olimpiade Athena 2004.
Prestasi itu tak terlalu mengecewakan mengingat keadaan kondisi Shon Seung-Mo pada kala itu.
Shon Seung-Mo akhirnya harus menjalani operasi transplantasi kornea untuk mengganti sebagian korneanya dengan jaringan kornea donor agar bisa sembuh penglihatannya.
Meskipun memiliki kekurangan pada matanya, Shon Seung-Mo telah membuktikan dengan kerja kerasnya, ia mampu masuk timnas Korea dan berhasil meraih medali perak Olimpiade.
Shon Seung-Mo seakan telah menunjukkan bahwa keunggulan yang ia miliki didapatkan lewat kerja keras, ketekunan, dan sikap pantang menyerah pada impian yang ia kejar.
Itulah salah satu kisah inspiratif bulu tangkis dalam ajang Olimpiade, dimana Shon Seung-Mo menjadi pebulu tangkis yang pernah melewati perjalanan indah tersebut tepatnya di Olimpiade Athena 2004 silam.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)