TRIBUNNEWS.COM, TOKYO- Ada tiga wakil Indonesia yang akan berjuang untuk memperebutkan medali pada hari ini. Dua di bulu tangkis dan satu dari cabang angkat besi.
Dari cabang bulu tangkis ada Greysia Polii/Apriyani Rahayu (ganda putri), Anthony Sinisuka Ginting (tunggal putra, dan Nurul Akmal dari cabang angkat besi.
Dari cabang bulu tangkis, Greysia Polii/Apriyani Rahayu akan tampil di final ganda putri melawan wakil China, Chen Qingchen/Jia Yifan untuk perebutan medali emas.
Pertandingan final bersejarah bagi bulu tangkis ganda putri Indonesia ini akan digelar pada pukul 11:50 WIB.
Sedangkan lomba angkat besi di nomor +87 kg putri, Nurul Akmal akan berjuang untuk bisa mengangkat nama Indonesia. Perjuangan dia untuk merebut medali akan dimulai pada pukul 17:50 WIB.
Kemudian di cabang olahraga bulu tangkis pada laga perebutan medali perunggu tunggal putra antara Anthony Sinisuka Ginting melawan Kevin Cordon dari Guatemala akan digelar pada pukul 18:00 WIB.
BACA JUGA Data Pencapaian Wakil Indonesia di Ganda Putri Sepanjang Sejarah Olimpiade. Greys/Apri Cetak Sejarah
Ganda putri, Greysia/Polii diharapkan bisa menikmati pertandingannya.
Momen menegangkan tersaji di babak final ganda putri bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020, Senin (2/8) siang ini.
Harapan Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu akan menantang pasangan favorit dari China, Chen Qingchen/Jia Yifan untuk perebutan medali emas.
Di semifinal sebelumnya, Grey-Ap, julukan Greysia/Apriyani menyingkirkan pasangan Shin Seung-chan/Lee So-hee dari Korea Selatan 21-19 21-17 di Mushashino Forest Plaza, Tokyo, Sabtu (31/7/2021).
Mereka mencetak sejarah sebagai ganda putri pertama Indonesia yang lolos ke semifinal.
Kebanggaan tertinggi tentu saja meraih medali emas, yang harus diperebutkan melawan di final Senin (2/8/2021) siang WIB. Namun, lawan mereka bukan sembarangan. Chen Qingchen/Jia Yifan adalah pemegang peringkat 2 dunia BWF. Posisi mereka empat level berada di atas Greysia/Apriyani.
Dari sembilan pertemuan, pasangan Chen/Jia memetik enam kemenangan atas wakil Indonesia ini. Dalam empat pertemuan terakhir di tahun 2019, Grey-Ap juga cuma satu kali menang.
Sejarah pertemuan memang tak memihak wakil merah putih. Namun, selain faktor teknis, faktor non teknis juga berpengaruh sangat besar, apalagi di babak final.
Karenanya, kata Greysia, kuncinya untuk laga final ini adalah: tetap tenang, dan tetap berusaha menikmati permainan, dalam situasi apa pun.
Menurutnya, karena sudah sering bertemu, dari tipe permainan tak ada lagi yang bisa disembunyikan karena mereka sudah saling tahu.
"Kami ingin terus menjaga pikiran seperti datang awal ke Tokyo. Kami ingin menikmati permainan agar bisa menunjang performa di lapangan," ujar Greysia dikutip dari situs Komite Olimpiade Indonesia.
"Kami tak mau berpikir lawan seperti apa, begini atau begitu. Persiapan yang harus kami lakukan adalah menjaga ketenangan agar dapat mengontrol permainan serta mempersiapkan diri untuk pemuihan," katanya.
Selain itu, lanjut Gresyia, faktor chemistry juga berperan sangat kuat. Dan chemistry itu didapat di antaranya dengan lamanya mereka berpasangan.
Greysia sudah berduet dengan Apriyani sejak tahun 2017. Mereka saling mengisi. Greysia berusia 33 tahun, punya jam terbang, dan pengalaman tinggi. Apriyani 23 tahun punya speed, dan power yang masih mumpuni.
Sebelumnya, Greysia duet dengan Jo Novita, Nitya Krishinda Maheswari, dan Anggita Shitta Awanda.
Terkait bermain tenang, dan menikmati permainan ini, pelatih ganda putri Eng Hian meminta masyarakat Indonesia meredam harapan berlebihan kepada Greysia/Apriyani.
Eng Hian takut anak-anak asuhnya itu mengalami bumerang psikologis seperti yang dialami ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Marcus mengaku sangat ditekan untuk meraih medali emas ganda putra, seolah-olah tak boleh gagal. Pengakuan itu diucapkan Marcus secara blak-blakan seusai kalah dua gim langsung 14-21 17-21 dari pasangan Malaysia yang kurang diunggulkan, Aaron Chia/So Wooi Yik pada perempatfinal Olimpiade lalu. "Banyak tekanan yang menjadi beban kami untuk menang dan membawa pulang medali," ungkap Marcus.
Eng Hian meminta, biarkan Greysia/Apriyani bermain dengan cara mereka sendiri di final. Masalah nonteknis seperti ditekan harus meraih medali, katanya, justru berpotensi besar mengganggu pemain di lapangan.
"Sebenarnya masalah nonteknis itu adalah saat pemain tidak bisa mengontrol ekspektasi. Di Olimpiade ini banyak unggulan tumbang karena bermain berbeda dengan standar akibat beban berat. Mohon jangan terlalu berlebihan. Mohon doanya saja," kata Eng Hian.