News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Olimpiade 2021

Kisah Apriyani Rahayu Menempa Diri di PB Jaya Raya, Jadi Atlet yang Jarang Pulang ke Rumah

Penulis: Abdul Majid
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Atlet Indonesia Apriyani Rahayu merayakan kemenangan dengan Greysia Polii dari Indonesia dalam pertandingan semifinal bulu tangkis ganda putri melawan Shin Seung-chan dari Korea Selatan dan Lee So-hee dari Korea Selatan selama Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 31 Juli, 2021. Pedro PARDO / AFP

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Harian PB Jaya Raya, Imelda Wigoeno menceritakan awal mula Apriyani Rahayu masuk menjadi atlet binaan di klub bulutangkis PB Jaya Raya.

Perjalanan Apriyani sebagai seorang pebulutangkis bermula dari Konawe - kabupaten kecil yang berada di Sulawesi Tenggara.

Kemudian bakat Apriyani diasah di PB Pelita Bakrie Jakarta yang dikepalai oleh Icuk Sugiarto pada 2011.

Saat ada kejuaraan, Imelda mulai tertarik dengan permainan Apriyani setelah mampu mengalahkan pemain Jaya Raya.

Baca juga: Kisah Perjuangan Greysia Polii di Bulutangkis, Tubuh Paling Kecil Tapi Paling Rajin Latihan Sendiri

Apriyani Rahayu dari Indonesia dan Greysia Polii dari Indonesia (kiri) merayakan kemenangannya setelah memenangkan pertandingan final bulu tangkis ganda putri melawan Jia Yifan dari China dan Chen Qingchen dari China pada Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo. Senin (2 Agustus 2021). (Alexander NEMENOV/AFP) (AFP/ALEXANDER NEMENOV)

Baca juga: Hadiahi Rumah Elite di PIK 2 Buat Greysia/Apriyani, Apa Motivasi Agung Sedayu Group?

Dari situ lah niat Imelda untuk bisa membina Apriyani mulai tumbuh.

Ia pun memberanikan diri untuk meminta kepada Icuk Sugiarto agar Apriyani bisa ditempa di PB Jaya Raya.

“Kalau untuk Apriyani kita rekrut tidak gampang. Saya sudah lihat dari kecil, usia 12 tahun, saya lihat dia main di Kejurda dan dia kalahkan pemain kita,” cerita Imelda dalam zoom PB Jaya Raya, Selasa (3/8/2021).

Baca juga: Eng Hian, Sosok di Balik Medali Emas Olimpiade, Ubah Greysia/Apriyani dari Bukan Unggulan Jadi Juara

Apriyani Rahayu (kiri) dari Indonesia bereaksi setelah mendapatkan poin dari Greysia Polii Indonesia dalam pertandingan final bulu tangkis ganda putri melawan Jia Yifan dari China dan Chen Qingchen dari China selama Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 2 Agustus 2021. (Alexander NEMENOV / AFP)

“Dia ini benar-benar bagus, istimewa makanya saya coba ngobrol sama Icuk. Dari tahun 2012 saya minta diserahkan ke Jaya Raya saja, karena kalau di Pelita kan separingnya kurang banyak kalau di Jaya Raya separingnya banyak, Jaya Raya juga punya komitmen bisa kirimkan atlet sendiri tanpa masuk Pelatnas,” sambungnya.

Apriyani pun akhirnya mulai menempa ilmu di Jaya Raya pada pertengahan tahun 2015.

Setelah di Jaya Raya, kualitas Apriyani mulai terasah dan berbagai prestasi mulai ia dapatkan.

Baca juga: Erick Thohir Unggah Video Pengakuan Greysia Polii: Forza Inter! Interisti Sejak Lama

“Pas sudah di sini (Jaya Raya) kan campur atlet putra jadi dia ikut latihannya. Dia sempat juara di Jaya Raya Grand Prix,” kata Imelda.

“Kami rekrut Apri buat ganda putri di Jaya Raya jadi lebih bergairah. Kita syukuri juga akhirnya Apri direkrut pelatih Pelatnas,” ujarnya.

Baca juga: Kilas Final Bulutangkis Olimpiade, Raket Penyok Hingga Aksi Greysia Polii Remas Shuttlecock

Apriyani Rahayu dari Indonesia dan Greysia Polii (kanan) dari Indonesia merayakan kemenangannya setelah memenangkan pertandingan final bulu tangkis ganda putri melawan Jia Yifan dari China dan Chen Qingchen dari China pada Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo. Senin (2 Agustus 2021). (Alexander NEMENOV/AFP) (AFP/ALEXANDER NEMENOV)

Lebih lanjut, Imelda juga menceritakan bahwa Apri salah satu atletnya yang jarang pulang ke rumah.

Jarak yang jauh membuat Apri lebih banyak menghabiskan waktu liburnya di asrama.

“Saya pernah tanya kenapa tidak pulang, terus dia bilang males pulang Ci. Kalau pulang dari bandara di Kendari ke Konawe itu tidak ada kendaraan. Jadi harus dijemput orang tua, bisa 2-3 jam perjalanan. Katanya tidak ada lampu juga diperjalanan. Makanya dia lebih banyak di Asrama,” kata Imelda.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini