TRIBUNNEWS.COM - Performa Jonatan Christie yang tampak meredup setelah meraih medali emas 2018 lalu terus menjadi sorotan.
Pebulutangkis tunggal putra itu seakan masih belum bisa mencapai performa terbaiknya dalam beberapa tahun terakhir.
Satu-satunya pencapain terbaik yang berhasil dicapai Jonatan Christie yakni podium juara Australia Open 2019 dan New Zealand 2019.
Khusus di Australia Open, pria yang akrab disapa Jojo itu berhasil meraih juara setelah memenangi perang saudara melawan Anthony Ginting.
Baca juga: Pesan Joko Supriyanto ke Anthony Ginting-Jonatan Christie: Jangan Pikirkan Hal di Luar Bulutangkis
Baca juga: Tembus Dominasi Pebulu Tangkis Asia dan Eropa, Kevin Cordon Dapat Pujian dari Tanah Spanyol
Sisanya pebulutangkis berusia 23 tahun itu mengalami naik turun performa di sektor tunggal putra bulutangkis dunia.
Dikutip dari laman resmi BWF, performa Jojo belum sepenuhnya bangkit setelah perhelatan Asian Games 2018.
Tercatat hanya dua gelar juara kategori individu yang berhasil dimenangkan Jojo setelah mendulang medali emas.
Tercatat mulai dari tahun 2020-2021 ternyata belum ada satupun gelar juara yang berhasil dimenangkan Jojo dalam rangkaian BWF World Tour.
Baca juga: Kata Bijak Poul-Erik Hoyer Larsen ke Viktor Axelsen Usai Raih Medali Emas Olimpiade 2021
Baca juga: Legenda Bulutangkis Joko Suprianto Soroti Peforma Jonatan Christie di Olimpiade, Ada Apa Jojo?
Sebagaimana misal turnamen pembuka tahun 2020 dimana Jojo harus tersingkir di babak perempat final Malaysia Masters.
Jojo gagal melangkah lebih jauh pada turnamen tersebut lantaran kalah melawan wakil Hongkong, Ng Ka Long Angus.
Kegagalan yang sama dialami Jojo ketika bertanding di depan publik sendiri, tepatnya dalam ajang Indonesia Masters 2020.
Lagi-lagi Jojo harus tersingkir pada babak perempat final setelah kalah melawan utusan Jerman, Anders Antonsen.
All England yang menjadi turnamen terakhir yang dilakoni Jojo pada tahun tersebut juga menyisakan hasil kurang memuaskan.
Jojo harus tersingkir pada babak pertama melawan Lee Zii Jia, andalan pebulutangkis tunggal putra asal Malaysia.
Tersingkirnya Jojo pada awal babak tersebut tentu menjadi evaluasi tersendiri bagi pelatih mengingat kualitas yang dimiliki sang pemain.
Setelah sempat terhenti setahun akibat pandemi Covid-19, performa Jojo belum kunjung membaik.
Dua turnamen besar pada awal tahun ini yang diselenggarakan Thailand belum membuahkan hasil bagi Jojo.
Jojo harus tersingkir pada babak perempat final Thailand Open I dan Thailand Open II.
Dan terbaru Jojo tersingkir di tangan Shi Yuqi tepatnya di babak perempat final Olimpiade Tokyo 2021.
Jojo gagal menampilkan perlawanan sengit melawan Shi Yu Qi serta harus kalah dengan skor 11-21 dan 9-21.
Kekalahan itu terasa tak biasa mengingat permainan Jojo terlihat lesu sehingga tidak bisa memberikan perlawanan lebih.
Baca juga: Tenaga Dikuras Lawan Antonsen, Faktor yang Bikin Anthony Ginting Kalah di Semifinal Olimpiade
Baca juga: Joko Suprianto: Anthony Ginting Didikte Chen Long Sampai Jatuh Bangun di Semifinal Olimpiade
Penampilan Jojo itupun mendapatkan kritikan dari legenda bulutangkis tunggal putra Indonesia, joko Suprianto.
Kekalahan Jojo, panggilan akrab Jonatan Christie, atas wakil China Shi Yu Qi di babak 16 besar menjadi pertanyaan besar bagi Joko Suprianto.
"Jonatan itu pemain kelas dunia. Dia punya prestasi bagus di Asian Games (2018) dan beberapa turnamen," kata Joko saat berbincang dengan tribunnews.com via telepon, Rabu (4/8/2021).
"Tapi kemarin kita lihat Jonathan itu under perform, sampai bingung juga saya melihatnya. Kok seperti ini ya permainannya? Kok tidak menunjukkan pola main yang sebenarnya dari Jonathan?" sambung jawara IBF 1993 itu.
Pernyataan yang dilontarkan Joko Suprianto itu cukup sesuai dengan keadaan yang dialami oleh Jojo.
Alhasil Jojo perlu untuk bisa segera bangkit agar ia bisa kembali menjadi andalan Indonesia dalam meraih prestasi di sektor tunggal bulutangkis dunia.
Jojo saat ini masih menempati peringkat ketujuh dunia tepat dibawah Anthony Sinisuka Ginting dan Chen Long yang secara berurutan menempati keempat serta kelima.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan/Lusius Genik)