TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kesuksesan Greysia Polii/Apriyani Rahayu meraih medali emas nomor ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 tak luput dari kerja keras para pelatihnya yakni Eng Hian dan Chafidz Yusuf.
Dukungan semangat dan strategi yang diberikan kedua pelatih ini mengantarkan Greysia/Apriani meraih capaian tertinggi di Olimpiade Tokyo 2020.
Eng Hian yang menduduki posisi Kepala Pelatih Ganda Putri Pelatnas Utama PBSI dan Chafidz Yusuf sebagai Asisten Pelatih Ganda Putri Pelatnas Utama PBSI, keduanya merupakan alumni PB Djarum.
Untuk itu, Djarum Foundation memberikan apresiasi dan penghargaan khusus kepada Eng Hian dan Chafidz Yusuf atas kesuksesan mereka mengantarkan ganda putri Indonesia meraih medali emas.
Penghargaan yang diberikan berupa voucher Blibli senilai Rp 150 juta bagi Eng Hian dan Rp 100 juta untuk Chafidz Yusuf.
Keduanya juga menerima bonus masing-masing TV LED Polytron senilai 20 juta. Dengan demikian, total penghargaan yang diberikan kepada kedua pelatih dan alumni PB Djarum tersebut mencapai sebesar Rp 290 Juta.
Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin mengatakan kiprah PB Djarum tidak terbatas pada atlet-atletnya saja, namun juga para alumninya yang kemudian berkarir sebagai pelatih.
Tak hanya di dalam negeri, kiprah kepelatihan para alumni PB Djarum ini juga tersebar ke mancanegara. Beberapa nama yang mencuat seperti Muammar Khadafi pelatih Kevin Cordon dari Guatemala yang tampil fenomenal hingga semifinal Olimpiade Tokyo 2020.
Kemudian ada Victo Wibowo jebolan PB Djarum yang melatih di Taiwan dan menemukan pasangan Lee Yang/Wang Chi Lin hingga akhirnya meraih medali emas olimpiade, serta Hendrawan mantan pemain PB Djarum yang melatih sektor tunggal putra Malaysia.
Menurut Yoppy, PB Djarum merasa bangga dan bersyukur dengan fakta bahwa banyak diantara mantan pemainnya yang kemudian meraih sukses dalam karirnya sebagai pelatih.
Terlebih banyak di antara mereka yang melatih di luar negeri, sehingga turut berkontribusi bagi kemajuan bulutangkis secara global dan membanggakan nama bangsa.
Khusus bagi Eng Hian dan Chafidz Yusuf, PB Djarum memberikan penghargaan karena keduanya mengantarkan anak didiknya meraih prestasi bagi nama besar bulutangkis Indonesia di ajang Olimpiade Tokyo 2020.
“Keberhasilan sektor ganda putri Indonesia meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 tentu tidak lepas dari peran Eng Hian dan Chafidz Yusuf sebagai pelatih. Pemberian penghargaan bagi keduanya ini adalah wujud syukur dan komitmen PB Djarum terhadap para pemain maupun alumninya yang menjadi pelatih dan mengantarkan bulutangkis Indonesia meraih kejayaan tingkat dunia,” jelas Yoppy Rosimin yang juga menjabat Ketua PB Djarum, dalam acara seremoni pemberian penghargaan yang dihelat secara daring pada Kamis (19/8/2021).
Perjalanan karier Eng Hian di dunia bulutangkis dimulai pada tahun 1988 saat bergabung dengan PB Djarum. Sejumlah prestasi membanggakan ia torehkan semasa berkarir sebagai pemain di sektor ganda putra, salah satu yang paling mencolok adalah meraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 bersama Flandy Limpele.
Usai gantung raket, Eng Hian kemudian memulai karir pelatihnya di PB Djarum pada tahun 2006. Sempat menjadi Kepala Pelatih Singapore Badminton Association pada 2007, kemudian pada 2014 Eng Hian resmi ditunjuk sebagai Kepala Pelatih Ganda Putri Pelatnas Utama PBSI hingga saat ini.
Sama seperti ketika masih bermain, pria kelahiran Surakarta ini juga bertabur gelar saat duduk di bangku pelatih. Sejumlah atlet ia antarkan meraih trofi dan medali kejuaraan bergengsi.
Selain raihan Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020, beberapa lainnya seperti Medali Emas Asian Games 2014, Medali Perunggu Kejuaraan Dunia (2015, 2018, 2019), Juara Korea Open Super Series 2015, Juara Singapore Open Super Series 2016, Medali Perunggu Asian Games 2018, Medali Emas SEA Games 2019, dan lain-lain.
“Meraih gelar di ajang sebesar olimpiade memang bukan hal mudah. Ini adalah tugas sekaligus tantangan bagi para pelatih agar semakin gigih dan ulet dalam memoles para atlet Indonesia. Apresiasi dari Djarum Foundation ini adalah lecutan bagi kami agar semakin baik mempersiapkan bibit unggul di dunia bulutangkis. Saya juga banyak belajar dari para pelatih semasa menjadi atlet di PB Djarum, mereka selalu menanamkan mentalitas dan daya juang yang tinggi dalam setiap penampilan,” jelas Eng Hian.
Hal serupa dikatakan Chafidz Yusuf. Pria yang mulai bermain di PB Djarum sejak 1979 ini mengutarakan peran pelatih tak hanya meracik strategi permainan anak asuhnya. Lebih dari itu, pelatih juga harus membantu menjaga mental atlet saat bertanding.
Mental yang kuat akan membentuk tekad yang kuat pula dalam menghadapi situasi sulit di lapangan. Mentalitas Greysia dan Apriani inilah kemudian membawa mereka meraih medali emas dan mengibarkan Sang Merah Putih di Olimpiade Tokyo 2020.
“Tentu saja ada rasa syukur dan bangga tak terkira bahwa anak asuh saya berhasil meraih prestasi di ajang Olimpiade. Impian terbesar saya sebagai pelatih tentu adalah membantu mereka dalam meraih medali yang mampu mengharumkan nama bangsa di pentas dunia. Saya berterima kasih atas apresiasi yang diberikan PB Djarum dan merasa bersyukur masih terus menjadi bagian dari keluarga besar PB Djarum hingga kini,” tutur Chafidz Yusuf.
Pria kelahiran Solo 6 Desember 1963 ini memulai karir sebagai atlet bulutangkis PB Djarum pada tahun 1979. Ia masuk Pelatnas PBSI pada tahun 1983 hingga 1988.
Setelah gantung raket, adik dari mantan pebulutangkis Basri Yusuf ini mulai melatih di klub asalnya, PB Djarum, pada 1989 hingga 1996.
Ia kemudian masuk menjadi jajaran pelatih di Pelatnas PBSI mulai tahun 2003, hingga kemudian dipercaya menjabat Asisten Pelatih Ganda Putri Pelatnas Utama PBSI sejak 2014 hingga saat ini.