Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Andreas Adi Siswa, ayah pebulutangkis tunggal putra Indonesia Jonatan Christie, menyayangkan tiadanya seremoni pengibaran bendera Merah-putih saat Skuad Garuda menjuarai Piala Thomas di Aarhus, Denmark.
Diketahui, Badan Antidoping Dunia (WADA) menjatuhkan sanksi kepada Lembaga Antidoping Indonesia (LADI), akibat ketidakpatuhan dalam menerapkan program pengujian yang efektif.
Ketidakpatuhan itu memunculkan berbagai konsekuensi, salah satunya tidak boleh ada bendera Merah Putih dalam kejuaraan tingkat regional, kontinental, atau dunia.
Peristiwa di Aarhus menjadi wujud pertama berlakunya sanksi tersebut.
"Kita sangat sayangkan sekali, bahwa kelalaian itu yang mengakibatkan kita juara tapi kita gak bisa mengibarkan bendera merah putih," kata Andreas kepada tribunnews.com di kediamannya, Jakarta, Senin (18/10/2021).
"Sangat disayangkan, dalam kesempatan emas ini, kesempatan langka kita bisa hadir jadi juara di Thomas Cup yang sudah 19 tahun ini, terjadi peristiwa seperti ini," sambung dia.
Andreas bahkan mengaku sangat kecewa atas kelalaian yang diciptakan pemerintah, dalam hal ini LADI yang dinaungi oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
"Yang pasti sebagai warga negara, apalagi orang tua yang merindukan anaknya jadi altet, pengin lihat bendera merah putih naik, pasti sangat kecewa," ujar dia.
"Tujuan saya bawa Jonatan kecil jadi altet itu satu, untuk mengibarkan bendera merah putih, terus lagu "Indonesia Raya" berkumandang," sambung Andreas.
Kendati demikian, Andreas enggan mempersoalkan apa yang telah terjadi.
Sebab, kebahagiaan juga tetap dirasakan seluruh atlet, ofisial, pelatih, serta segenap warga Indonesia yang saat itu menyaksikan kemenangan Skuad Garuda.
Namun Andreas berharap agar kelalaian demikian jangan sampai terjadi lagi di kemudian hari.
"Kita harap kepada bapak Menpora atau jajarannya yang berwenang di situ, kami mohon agar hal ini jangan terulang lagi," kata Andreas.
"Ini sangat merugikan kita, terutama kita sebagai warga negara Indonesia yang mendambakan juara yang 19 tahun gagal diraih, yang seharusnya bisa menaikkan merah putih, gagal hanya karena hal seperti ini," katanya lagi.
"Kami mohon agar hal ini segera diperbaiki," imbuh dia.