TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Timnas Elite Indonesia bersiap lakoni laga kedua melawan Timnas Lebanon pada window pertama Kualifikasi FIBA World Cup 2023 Grup C.
Timnas Elite Indonesia bakal menampilkan permainan berbeda dari pertemuan pertama lalu. Ini menyusul adanya perubahan komposisi pemain.
Pada saat Indonesia menjadi tuan rumah melawan Lebanon senin malam (29/11/2021), Pasukan Garuda seharusnya sudah bisa diperkuat Lester Prosper.
Ketum PP Perbasi, Danny Kosasih menjelaskan, kasus tes usap Lester Prosper ini agak membingungkan.
Sebab, menatap pertemuan pertama melawan Lebanon tiga kali dilakukan tes usap saat penerbangan dari Amerika ke Lebanon hingga sesampainya di Lebanon dinyatakan negatif.
Totalnya tiga kali. Namun setelah panitia Lebanon melakukan tes usap jelang pertandingan, Prosper dinyatakan positif dan dilarang main.
Jelang pertemuan kedua senin malam (29/11), tes usap PCR kembali dilakukan kepada Lester Prosper pada 28 November 11.53 waktu Lebanon. Hasilnya keluar pukul 12.05 dan dia dinyatakan negatif.
"Prosper seharusnya sudah bisa dimainkan pada pertandingan kedua saat kita menjadi tuan rumah melawan Lebanon nanti. Ini setelah hasil tes PCR-nya yang dilakukan 28 November pukul 12.05 waktu Lebanon dinyatakan negatif Covid 19," ungkap Ketum PP Perbasi, Danny Kosasih.
Sebagaimana diketahui, center jangkung hasil naturalisasi dengan tinggi 2,09 meter ini pada pertemuan pertama lalu diparkir. Dia tidak bisa dimainkan karena sesuai hasil tes usap dari panitia pelaksana, Prosper dinyatakan positif Covid 19. Kabar itu keluar beberapa jam jelang pertandingan.
Pada pertemuan pertama lalu, Timnas Elite Indonesia pun hanya bisa memaksimalkan potensi Vincent Kosasih di bawah ring. Situasi ini membuat Indonesia kewalahan karena Arki Dikania Wisnu juga harus diparkir dengan alasan yang sama. Arki dinyatakan positif Covid 19 semenjak tes ketika jalani training camp di Amerika Serikat.
Situasi sulit ini membuat para arjuna bola basket Indonesia hanya bisa memaksimalkan potensi Brandon Jawato dalam urusan mencetak poin.
Jawato sukses menjalankan tugasnya namun peran Jawato beserta pemain lainnya tidak mampu hindarkan Indonesia dari kekalahan 96-38 atas Lebanon.
Asisten Pelatih Timnas Elite Indonesia Wahyu Widayat Jati menjelaskan bahwa para pemain sudah kembali siap tempur. Mereka juga telah mengambil pelajaran dari pertemuan pertama melawan Lebanon.
Perbaikan dilakukan di dalam latihan. Selain itu juga pihaknya terus memotivasi para pemain agar semangatnya tetap membara dalam perjuangan mewujudkan target tampil di FIBA World Cup 2023.
"Perbaikan field goal, bagaimana meminimalisasi turn over, juga transisi dari offense ke defense. Team rebound hingga plan baru kita siapkan menghadapi partai kedua melawan Lebanon. Kemudian juga encouragement ke pemain lewat kata-kata dan drills di latihan. Semua kita siapkan dan lakukan agar mendapatkan hasil terbaik," jelasnya.
Ditegaskan Wahyu, Timnas Elite Indonesia sangat ingin mempersembahkan kemenangan di Lebanon. Upaya itu telah dilakukan sejak game pertama kemarin.
Namun situasi yang tidak menguntungkan bagi Indonesia karena tidak bisa main full team tidak bisa dielakkan menjadi kendala.
"Kita sudah berusaha untuk main dan menang dari game pertama, tetapi memang kita bermasalah di pemain posisi bigman karena gak menjadi threat untuk lawan, baik di saat offense atau defense. Untuk kepastian pemain, semua tergantung hasil PCR. Kalau negatif bisa main," ujar Cacing, sapaan karib Wahyu Widayat Jati.
Lebanon Telah Minta Maaf
Terkait dipotongnya lagu 'Indonesia Raya', Danny Kosasih menerangkan bahwa pihak Lebanon telah meminta maaf. Surat permintaan maaf telah dikirimkan ke PP Perbasi.
Alasan mereka, pemutaran lagu kebangsaan Indonesia tidak bisa full karena ada masalah teknis.
"Terpotongnya pemutaran lagu Indonesia Raya sangat disayangkan. Tapi Lebanon telah mengakui kesalahan itu dan meminta maaf secara resmi melalui surat pada 28 November 2021. Terpotongnya pemutaran lagu Indonesia Raya sangat disayangkan. Tapi Lebanon telah mengakui kesalahan itu dan meminta maaf secara resmi melalui surat pada 28 November 2021. Sebagai bangsa yang besar, kita harus bisa bersikap lebih dewasa dan berharap ke depan kejadian seperti ini menjadi perhatian serius agar tidak terulang karena sensitif," ujar Danny