Saat itu, pukul 6 pagi ia terbangun karena ramai orang mengatakan untuk melarikan diri dengan cepat.
"Saya menerima pesan yang mengatakan bahwa kami harus melarikan diri dengan cepat. Kami memutuskan untuk meninggalkan Dnipro," tutur Potapenko.
"Akan ada kemacetan lalu lintas di kota-kota dan di pom bensin," kata Potapenko.
Namun akhirnya ia berhasil sampai ke Mikolayiv sebuah kota di sebelah selatan Ukraina di mana tempat ia tinggal dan melatih.
Ia menceritakan tentang bagaimana yang ia rasakan ketika terjadi invasi.
"Pada hari pertama, sangat takut dan gugup. Saya tidak tidur, sakit, dan tidak bisa makan," kata Potapenko.
"Beberapa orang yang tinggal di daerah saya, kami bertemu di ruang bawah tanah, sementara yang lain tinggal di rumah, mereka sudah terbiasa dengan sirene dan ledakan," tambahnya.
Akan tetapi, ia mengaku kini orang-orang sudah beradaptasi dan bahwa mereka saling berhubungan dengan komunitas bulutangkis Ukraina.
Pelatih Mykhailo Sterin juga menerangkan pengalamnnya bersama anak-anak asuhnya ketika bertolak ke Dnipro dan terjadi invasi.
Saat itu, ia memutuskan untuk tinggal di Dnipro karena pulang bukan solusi yang tepat.
Ia menerangkan sebelumnya telah merasakan adanya firasat akan terjadi sesuatu makanya ia memenuhi bahan bakar mobilnya.
Namun, ia mengaku bahw anak asuhnya kini telah tenang dan mengerti situasi dan kondisi.
Bahkan, Sterin juga menerangkan soal Kota asalnya, Kharkiv telah di bom.
Kini, ia berusaha bertahan dan hanya percaya dan terus bertahan hingga hari-hari berikutnya.
(Tribunnews.com/Niken Thalia)