Laporan Wartawan Tribunnews, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kejuaraan lari Indonesia International Marathon (IIM) yang akan bergulir di Bali, 26 Juni mendatang dipersiapkan secara matang dan berstandar internasional.
Salah satu bentuk keseriusan penyelenggara adalah menunjuk Manabu Tanaka sebagai penasihat direktur teknik Komite Indonesia International Marathon atau IIM 2022.
Tanaka merupakan satu di antara pendiri Tokyo Marathon yang masuk ke dalam enam kejuaraan maraton terbesar di dunia.
Selain itu, IIM mendatangkan David Katz, yang bertugas mengukur jalan atau pengecekan lintasan lari kelas internasional.
Katz berperan di berbagai Olimpiade dan banyak maraton dunia. Ia menyandang predikat World Athletics level "A" road coarse measure berkat ketelitian dan keakuratannya.
Selasa (31/5) sore, Tribunnews.com berkesempatan mewawancarai Tanaka secara eksklusif di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Salah satu hal yang ia sampaikan mengenai harapannya agar IIM kelak menjadi bagian dari kejuaraan dunia maraton yang diperhitungkan di kancah internasional.
Berikut petikan wawancaranya:
Di IIM, Anda bertugas sebagai penasihat direktur teknik. Apa saja tugasnya?
Sangat sulit menjelaskan bagaimana pekerjaan saya, yang jelas saya memberikan nasihat segalanya tentang maraton. Mungkin karena sekarang usia saya sudah 70 tahun, saya banyak pengalaman sehingga orang banyak bertanya kepada saya tentang maraton. Sebelum di Indonesia International Marathon, saya pernah ke sini (Jakarta) dan pernah membantu (penyelenggaraan) Jakarta Marathon dan Night Run. Posisinya juga sebagai penasihat direktur teknik. Tapi saya tidak hanya membantu di Indonesia. Sebelumnya saya juga bertugas di Thailand tapi setelah Pandemi Covid-19 sampai sekarang belum ada lagi race di sana
Anda menjadi salah satu tokoh penting Tokyo Marathon. Bisa diceritakan bagaimana caranya kejuaraan tersebut akhirnya disegani dan bahkan mendunia?
Ya, saya salah satu pendiri Tokyo Marathon. Saat itu Gubernur Tokyo (Shintaro) Ishihara (meninggal dunia 1 Februari 2022--red) yang juga pendiri Tokyo Marathon ingin menggelar perlombaan lari untuk masyarakat seperti New York, London, Berlin, dan Chicago. Jadi bukan hanya untuk atlet elite saja. Dan waktu pertama diadakan di tahun 2007 itu, jumlah peserta ditargetkan 30.000 orang. Dari jumlah itu 25.000 orang ikut maraton dan 10.000 orang ikut yang (nomor) 10K (kilometer).
Bagaimana agar IIM bisa mengekor jejak Tokyo Marathon?
Menurut saya Indonesia International Marathon harus mengundang elite pelari dari seluruh negara bukan hanya Asia saja. Hal itu yang sebelumnya saya lakukan di Jepang, saya juga undang atlet elite Jepang untuk ikut Tokyo Marathon. Saya melihat Indonesia khususnya Jakarta punya kesamaan dengan Tokyo. Jadi saya berharap ke depan Indonesia International Marathon bisa sukses dan bergabung dalam World Marathon Majors.
Di luar pekerjaan sekarang ini, Anda masih aktif berlari. Ajang mana saja yang pernah Anda ikuti?
Iya betul, saya masih aktif berlari. Saya harusnya sudah berlari di enam tempat (World Marathon Majors) tapi saya tidak ikut ketika di Tokyo karena saya harus mengontrol kegiatan itu tapi saya pernah coba ikut namun pengundian membuat situasinya sangat sulit (direalisasikan). Jadi saya hanya lari di Boston, Chicago, New York, London, dan Berlin.
Terakhir, apa tips yang bisa Anda berikan kepada para pelari pemula?
Untuk pelari pemula, pastinya sebelum lari yang paling penting dilakukan pemanasan. Setelah lari pun harus pendinginan. Itu hal dasar yang harus dilakukan agar terhindar dari cedera. Kemudian untuk pemula dan ingin ikut perlombaan, upayakan agar tetap berlatih. Memulainya jangan langsung berlari kencang tapi dengan jalan cepat dulu. Perlahan-lahan baru ke tahap selanjutnya. Setelah itu baru ke tahap yang lebih serius. Latihan lebih keras, mungkin bisa setiap hari (lari) 5 sampai 10 (kilometer) itu bagus. Di luar itu, hal yang harus diperhatikan yaitu nutrisi. Makanan dan minuman yang kalian konsumsi sangat penting dan perlu diperhatikan apalagi saat persiapan perlombaan