PB Perpani harus siap dengan reformasi kurikulum pembinaan yang terbuka pada sport science.
Di sisi lain, atlet juga membutuhkan jam terbang, terutama berkompetisi di negara lain untuk mengukur daya saing dan prestasi dengan atlet-atlet berprestasi dari negara-negara lain.
Dalam beberapa kompetisi panahan, atlet Indonesia harus menerima kenyataan kalah dalam hitungan poin hanya karena belum menguasai arah angin. Padahal, dari sisi kemampuan, daya saing atlet nasional tidak kalah dari negara-negara lain.
“Kita kan sudah tahu peta atlet pesaing di kancah dunia. Kita juga sudah tahu target utama adalah emas olimpiade di Paris nanti. Mari kita perbanyak jam tanding internasional atlet-atlet kita. Mereka juga perlu berlatih di Paris supaya bisa kenal medan di sana. Jangan sampai kita kalah karena kita biarkan atlet kita tanpa persiapan yang matang,” katanya.
Menurut Arsjad, hal penting lainnya dari keberlanjutan cabor panahan yang berprestasi adalah adanya dukungan sponsorship.
Selain membangun ekosistem cabor panahan yang secara perlahan akan menghidupkan diri sendiri, penyelenggaraan pembinaan cabor panahan yang diemban oleh PB perpani membutuhkan dukungan modal.
Hal ini dapat ditempuh dengan cara kerja sama sponsorship bersama sejumlah filantropi dan perusahaan yang peduli dengan nasib olahraga di Indonesia.
“Salah satu indikator negara yang kuat adalah olahraga yang berprestasi. Semua negara berlomba-lomba mendorong lahirnya atlet-atlet yang berprestasi, menjadi superstar, dan legenda untuk semua cabang. Panahan telah merintis jalan menuju ke sana, kita harus ciptakan superstar dan legenda-legenda panahan Indonesia,” katanya.