News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

BWF World Tour

Ketum PBSI Sebut Chemistry Pelatih Jadi Penyebab Badminton Indonesia Nirgelar Asian Games 2023

Penulis: Niken Thalia
Editor: Dwi Setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketum PBSI Sebut Chemistry Pelatih Jadi Penyebab Badminton Indonesia Nirgelar Asian Games 2023 - Ketua umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Agung Firman Sampurna dalam program Diksi Media Indonesia menjelaskan soal prestasi badminton Indonesia di tahun 2023, Minggu (31/12/2023).

TRIBUNNEWS.COMĀ - Firman Agung Sampurna selaku Ketua Umum PBSI menyampaikan penyebab kontingen Indonesia nirgelar saat tampil di Asian Games 2023 lalu.

Melalui program yang diusung PBSI bernama Diksi Media Indonesia, Minggu (31/12/2023), Firman menerangkan ada beberapa hal yang bisa ia sampaikan ke publik, ada yang tidak bisa ia ungkap.

Hanya saja jika ditanya soal penyebabnya, Firman menuturkan ada tiga faktor yang membuat wakil Indonesia gagal total di Asian Games 2023.

Mulai dari padatnya agenda pertandingan hingga chemistry pelatih yang kurang optimal sepanjang Asian Games 2023.

Baca juga: Rapor Badminton Indonesia Tahun 2023: Prestasi Merosot, Alarm Bahaya Menuju Olimpiade Paris 2024

Pertama, Firman menjelaskan mengenai persiapan mepet yang jadi kendala atlet tampil kurang mengesankan di Asian Games 2023.

"Ada yang bisa saya sampaikan ke publik, ada yang tidak bisa saya sampaikan ke publik. Tapi yang bisa kami sampaikan, setidaknya ada tiga hal," kata Firman.

"Yang pertama adalah intensitas temen-temen (atlet) di Pelatnas tinggi sekali, intensitas dalam mengikuti turnamen BWF series, dari situ kesempatannya (persiapan) mepet, dari turnamen ke turnamen. Menurut pendapat saya terjadi physical exhausted untuk para atlet," katanya menambahkan.

Melihat penjelasan tersebut, jika dilihat dari kalender BWF ada tiga turnamen berlevel tinggi yang wajib diikuti pemain andalan seperti Fajar Alfian/Rian Ardianto.

Sebelum Asian Games, ada Kejuaraan Dunia BWF 2023 akhir Agustus, lalu berlanjut China Open (super 1000), dan Hong Kong Open (super 500).

Hanya saja jika dibandingkan dengan kontingen Korea maupun China yang bersinar di Asian Games, mereka justru rela tak tampil di Hong Kong Open.

Hal itu dilakukan demi mempersiapkan turnamen mayor sekelas Asian Games di mana raihan poinnya juga tak kalah tinggi.

Namun, wakil Indonesia yang kebanyakan diperkuat andalan tetap tampil di Hong Kong Open dengan raihan 2 gelar juara.

Dari situ Firman menjelaskan bahwa kedepannya PBSI akan memilah turnamen-turnamen yang akan diikuti oleh para atlet.

"Dari situ kita mengatur, yang ini bisa ikut di mana, yang ini bisa ikut atau tidak. Kemudian kita lihat sejauh mana kesiapannya," paparnya.

"Kami juga punya yang namanya personal progres report, terkait dengan stamina, latihan, dsb, dan nanti itu ada dua (kategori), siap tanding atau siap menang."

"Dan kita akan melihat yang siap menang, bukan cuma siap tanding. Karena kami punya tagline, bertanding untuk menang. Nanti kita lihat, jangan sampai ada resiko cedera atau kurang fit. Jadi kita coba mengelola lagi (plotting) turnamennya agar tidak terlalu deket waktunya (padat) agar bisa optimal."

Permasalahan kedua adalah terkait disiplin yang akan ditekankan lagi kepada jajaran atlet besutan PBSI.

Khususnya, Firman menyebut soal penggunaan gadget yang mana diharapkan tidak mengganggu saat berlatih.

"Yang kedua, disiplin. Kita menghadapi situasi yang baru, menghadapi Gen Z, terkait dengan gadgetnya. Tapi tetep kita dorong berlatih, konsentrasi, serta komitmen mereka (atlet) kita dorong lagi."

Gregoria Mariska Tunjung dari Indonesia kembali melawan Akane Yamaguchi dari Jepang pada pertandingan semifinal tunggal putri mereka di turnamen Bulu Tangkis Hong Kong Open 2023 di Hong Kong pada 16 September 2023. (PETER TAMAN / AFP)

Penyebab terakhir, Firman menggarisbawahi soal chemistry antara atlet dengan pelatih yang dinilai belum optimal.

Di mana menurutnya, pelatih merupakan faktor penting bagi seorang atlet ketika bertanding di satu turnamen.

Yang mana dalam kasus Asian Games 2023, ada atlet dan pelatih yang chemistrynya kurang bagus sehingga membuat penampilan kurang mengesankan.

"Yang terakhir, itu soal chemistry dengan pelatih. Karena dianggap bisa melahirkan atlet terbaik, pelatihnya tingkat permintaanya juga tinggi. Sehingga ketika terjadi perubahan struktur kepelatihan ini, berpengaruh dengan pemainnya," tutur Firman.

"Karena peran pelatih ini bukan hanya untuk melatih tapi juga meng-assist atlet ketika turnamen berlangsung. Mereka (pelatih) yang secara komperhensif melihat secara langsung apa yang terjadi dengan atlet kita, lawan, itu akan lahir instruksi apa yang harus dilakukan."

"Jika chemistrynya kurang nih, maka peran kepelatihan sebagai pendamping dalam turnamen tidak begitu optimal."

Dari raihan minor di Asian Games, Firman mengaku telah menemukan biang permasalahan lalu segera melalukan evaluasi.

Evaluasi yang dilakukan oleh Firman dan jajaran PBSI, jadi pelecut untuk mempersiapkan wakil Indonesia yang akan menghadapi perebutan tiket Olimpiade Paris 2024.

"Inilah 3 hal yang kita coba atasi dan dari situ kita bentuk satgasnya, kelompok kerja Road to Olympic, dan hasilnya langsung nampak," tukasnya.

(Tribunnews.com/Niken)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini