Setelah Aconcagua, Khansa Syahlaa Sisakan 3 Gunung Lagi untuk Selesaikan 7 Summits of The World
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alfarizy AF
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Khansa Syahlaa Aliyah berhasil mencapai puncak Aconcagua pada 5 Februari 2024.
Gunung Aconcagua yang berada di Provinsi Mendoza, Argentina menjadi puncak tertinggi di benua Amerika Selatan.
Aconcagua menjadi gunung keempat dari Seven summits of the world yang berhasil didaki Khansa.
Seven Summits of The World sendiri merupakan tujuh gunung tertinggi di tujuh benua yang ada di dunia.
"Jadi aku masih dalam program Seven Summits of the World. Aconcagua itu gunung keempat, masih ada tiga gunung lagi," kata Khansa dalam wawancara bersama Tribun Network.
Sebelumnya Khansa sudah berhasil mendaki Carstensz Pyramid (Australia-Oceania), Kilimanjaro (Afrika), dan Elbrus (Eropa).
Dengan demikian, maka tiga gunung selanjutnya yang akan menjadi destinasi perempuan kelahiran Jakarta itu adalah Vinson Massif (Antartika), Denali (Amerika Utara) dan Everest (Asia).
Khansa mengatakan bahwa ketiga gunung yang tersisa menjadi yang terberat diantara empat sebelumnya.
Ketiga gunung tersebut memang dikenal dengan trek yang sulit ditambah dengan cuaca yang ekstrem.
Khansa pun berharap, dalam ketiga gunung itu bisa ia selesaikan dalam beberapa tahun ke depan.
"Aku bisa bilang tiga-tiganya gunung itu berat semua. Pertama tuh ada Gunung Vincent Massif di Antartika, Gunung Denali di Alaska. Selanjutnya yang terakhir tuh Gunung Everest di Himalaya," ucap Khansa.
|Jadi tiga gunung ini adalah gunung yang berat. Butuh pertimbangan yang kuat. Butuh persiapan yang pastinya matang. Mungkin sekitar 1-2 tahun untuk persiapannya sendiri. Jadi ya semoga bisa kekejar dalam beberapa waktu tahun kedepan," harapnya.
Sempat 'Kena Mental' Lihat Pendaki Luar Gagal Summit di Aconcagua
Khansa Syahlaa Aliyah sukses mendaki Gunung Aconcagua, Mendoza, Argentina.
Dalam proses pendakian gunung yang memiliki ketinggian 6.962 MDPL itu, Khansa mengaku sempat 'kena mental'.
Pendaki berusia 18 tahun itu mengatakan bahwa banyak pendaki luar negeri yang gagal melakukan summit atau pendakian ke puncak Aconcagua.
"Mental aku kena banget saat teman-teman pendaki dari luar negeri tuh turun di jam 7 pagi, tapi mereka tidak nyampe puncak," kata Khansa.
"Mereka memutuskan untuk menyerah di tengah jalan dan buat aku yang masih posisinya naik dan lebih muda, itu mikir 'Kok mereka aja yang dewasa tuh nyerah gitu loh'," paparnya.
Khansa mengungkapkan bahwa hal yang membuat dirinya yakin untuk bisa mencapai puncak Aconcagua adalah dukungan yang telah diberikan kepadanya.
Terlebih, persiapan yang dilakukan olehnya sudah cukup panjang untuk mencapai gunung ke-4 di Seven Summits of The World itu.
Berkat kegigihannya, Khansa pun akhirnya bisa sampai di puncak tertinggi di Benua Amerika Selatan itu pada 5 Februari, pukul 14.05 waktu setempat.
"Cuman aku kaya ngeyakinin diri aku lagi sih. Jadi aku (berpikir) sudah banyak banget orang-orang yang support aku dan aku tuh sudah memberikan semuanya ke sini," ucap Khansa.
"Aku sudah persiapan 2 tahun dan ini memang impian aku. Jadi ya aku tidak mau sia-siain gitu saja. Jadi aku coba lagi aku semangat lagi dan akhirnya jam 2 waktu Argentina, aku berhasil sampai di puncak Aconcagua," imbuhnya.
Perempuan kelahiran Jakarta itu menyebut bahwa alasan para pendaki luar gagal melakukan summit cukup bervariasi.
Namun, garis besar yang dapat disimpulkan adalah kondisi fisik dan medan yang memang cukup ekstrem.
"Variasi jawabannya, ada yang memang sudah enggak kuat karena pasti panjang banget, karena itu betul 1000 mdpl lebih kan dalam satu hari naiknya ada yang emang kayak udahlah sampai sini aja kayaknya gak apa-apa," tutur Khansa.
"Cuman ya karena aku mungkin bedanya aku sama orang-orang luar (negeri) itu ya karena di Indonesia ditempanya di hutan. Jadi di hutan kan pasti benar-benar mental. Kalau kata aku yang bener-bener survival dan kita harus sabar tabah aja pastinya. Jadi ya karena udah di tempat di hutan Kalo di medan terbuka kaya itu Insya Allah lebih siap lagi," ungkapnya.