TRIBUNNEWS.COM - Humas Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Broto Happy mengungkapkan pihaknya bakal mengirim surat ke organisasi bulutangkis dunia, BWF untuk diubahnya aturan terkait tim medis boleh masuk lapangan.
Adapun hal ini berkaca dari banjir kritik terhadap PBSI dalam penanganan atlet asal Tiongkok, Zhang Zhi Jie yang meninggal dunia saat bertanding dalam di laga pamungkas Grup D Kejuaraan Asia Junior 2024 yang digelar di GOR Among Rogo, Yogyakarta pada Minggu (30/6/2024) kemarin.
Broto mengungkapkan pihaknya meminta kepada BWF agar aturan terkait tim medis boleh masuk lapangan ketika ada atlet butuh penanganan tidak perlu menunggu adanya instruksi dari wasit.
"Ke depan mungkin kita akan menyurati BWF agar aturan bahwa tim medis baru bisa masuk setelah ada panggilan dari refree, kita harapkan bisa melihat sikon (situasi dan kondisi) agar bisa lebih cepat ditangani agar atlet terselamatkan seandainya terjadi hal seperti ini," kata Broto dikutip dari YouTube Kompas TV.
Di sisi lain, Bobby menegaskan kompetisi Kejuaraan Asia Junio 2024 akan tetap berlangsung, meski Zhang Zhi Jie meninggal dunia.
"Kompetisi masih tetap berlangsung," ujarnya.
Sebelumnya, Zhang Zhi Jie tiba-tiba ambruk ketika menghadapi tunggal putra asal Jepang, Kazuma Kawano dalam partai ketiga fase grup antara Tiongkok dan Jepang.
Namun, tim medis baru masuk sekitar 40 detik setelah Zhi Jie ambruk, menurut rilis dari PBSI.
Setelah ambruk, Zhang Zhi Jie pun dinyatakan pingsan lalu dilarikan ke rumah sakit.
Baca juga: PBSI Ungkap Penyebab Zhang Zhi Jie Meninggal, Singgung Aturan BWF soal Penanganan Medis di Lapangan
Zhang Zhi Jie pun dinyatakan meninggal dunia pada Minggu kemarin malam sekira pukul 23.20 WIB.
"Zhang Zhi Jie dari China, pemain tunggal, pingsan di lapangan saat pertandingan malam hari lalu dilarikan ke rumah sakit dan meninggal dunia pada pukul 23.20 waktu setempat kemarin."
"Zhi Jie sedang memainkan pertandingan penyisihan grup melawan Jepang ketika dia pingsan dan dirawat oleh dokter turnamen dan tim medis. Dia dibawa dengan ambulans siaga dalam waktu kurang dari dua menit untuk dilarikan ke rumah sakit," demikian rilis pers dari Badminton Asia dan PBSI.
Dokter asal Tiongkok Duga Zhang Zhi Jie Meninggal karena Henti Jantung
Meski hingga kini pihak PBSI belum membeberkan penyebab meninggalnya Zhang Zhi Jie, dokter asal Tiongkok, Lu Xiao menduga bahwa pebulutangkis berusia 17 tahun itu meninggal dunia karena henti jantung.
"Atlet muda seperti itu meninggal mendadak, dan di sana jelas kejang-kejang sebelum kematian mendadak," terang Lu Xiao, dikutip dari media asal China, Singtao.
"Itu mungkin Aritmia (henti jantung)," terangnya menambahkan.
Tak jarang, masyarakat mendengar berita seorang atlet mengalami henti jantung saat tengah bertanding.
Faktanya, aritmia atau gangguan irama jantung adalah gangguan pada sistem kelistrikan jantung yang menyebabkan denyut jantung menjadi lebih lambat (bradikardi), lebih cepat (takikardi), atau tidak beraturan.
Denyut jantung sendiri dikendalikan oleh sistem kelistrikan sehingga dapat berdenyut dengan irama yang teratur. Normalnya, jantung akan berdenyut 60-100 kali/menit.
Saat tidak berdenyut dengan normal, jantung tidak dapat memompa darah sebagaimana mestinya dan mengakibatkan gangguan asupan darah ke organ tubuh lainnya. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan organ penting lainnya.
Dalam hal ini Lu Xiao kemudian menyoroti kerja tim media di AJC 2024, yang dinilia tidak sigap dalam memberikan pertolongan pertama kepada Zhang Zhie Jie.
"Kunci pertolongan pertama adalah staf medis atau orang yang berada di sekitar harus segera menilai situasi dan melakukan CPR di lokasi, mendapatkan AED dan melakukan defibrilasi," katanya menerangkan.
Baca juga: Dokter asal China Duga Kematian Zhang Zhi Jie Gegara Henti Jantung, Sebut Tim Medis AJC 2024 Lalai
AED (automated external defibrillator) adalah sebuah alat medis yang berfungsi untuk menganalisis dan memberikan kejutan listrik secara otomatis kepada seseorang yang mengalami henti jantung.
Oleh Lu Xiao , Zhang Zhi Jie disebutnya tidak memperoleh pertolongan pertama, dan justru ditandu untuk dilarikan ke rumah sakit.
"Alih-alih melakukan tindakan pertolongan pertama. pasien di atas tandu dan pergi. Mungkin masih bisa ditolong jika ada penanganan awal saat (Zhang Zhi Jie) mengalami insiden itu di lapangan," paparnya
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Siti N)