TRIBUNNEWS.COM - Libero Timnas voli putra Indonesia dan Jakarta Bhayangkara Presisi, Fahreza Rakha Abhinaya, berikan klarifikasi perihal kericuhan yang terjadi di laga melawan Jakarta STIN BIN.
Berlangsung di GOR Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Jakarta Bhayangkara Presisi sukses membungkam Jakarta STIN BIN lewat skor 3-1 (18-25, 25-18, 25-22, 25-16), Minggu (7/7/2024).
Akan tetapi kericuhan antar pemain hingga terjadi aksi dorong-mendorong sempat terjadi di set keempat laga Final Four Proliga 2024 antara Jakarta Bhayangkara Presisi vs Jakarta STIN BIN.
Kejadian itu dipicu karena aksi kurang sportif yang dilakukan outside hitter Jakarta STIN BIN, Luis Elian yang menarik kaki Fahreza Rakha.
Selepas pertandingan, Fahreza Rakha memberikan klarifikasi perihal insiden tersebut, yang ditayangkan via video yang diunggah media sosial Moji TV.
"Aku berusaha nahan biar enggak melewati garis, terus kakiku masih di atas gini (esembari mempraktekkan)," terang Fahreza Rakha sembari menerangkan.
"Terus sama si Elian langsung ditarik. Nah aku minta tolong challenge, biar kelihatan."
"Tapi yang lain (pemain) keburu masuk (protes)," terang libero yang berasal dari tim Indomaret.
Sementara itu, komentar bernada kekecewaan juga datang dari legenda voli Tanah Air, Ayip Rizal.
Sembari bercanda, Ayip Rizal yang berperan sebagai asisten pelatih Bhayangkara Presisi, menyebut insiden tersebut sebagai bumbu-bumbu dalam sebuah pertandingan.
Baca juga: Gegara Insiden Fahreza Rakha, Laga STIN BIN vs Bhayangkara Presisi Nyaris Berubah Arena Adu Jotos
"Biar seru aja sih, biar enggak gitu-gitu aja," kata Ayip Rizal berkelakar.
"Jadi harus ada yang membedakan, laga hidup mati ada yang panas, ada yang anget."
"Kalau ya memang, menurut saya itu (penarikan yang dilakukan Luis Elian) kurang profesional sebagai pemain," tambah pria yang juga berprofesi sebagai Polisi ini.
Kronologi Kericuhan Jakarta STIN BIN vs Jakarta Bhayangkara Presisi
Kejadian dimulai pada set keempat di mana papan skor menunjukkan angka 4-5 untuk keunggulan Bhayangkara Presisi.
Diawali dari float serve dari Rivan Nurmulki, bola berhasil direceived oleh Rendy Tamamilang menggunakan passing atas. Oleh setter Bhayangkara Presisi, Nizar Zulfikar, bola dikonversikan menjadi umpan kepada Agil Angga Anggara.
Smes dari posisi 1 Agil berhasil dikembalikan oleh opposite STIN BIN, Rivan Nurmulki. Reset attack dimiliki Bhayangkara Presisi, yang dikonversikan oleh Noumory Keita lewat tip ball.
Namun lagi-lagi penyelamatan berhasil dilakukan para pemain STIN BIN.
Akan tetapi pengembalian dari Rivan Nurmulki dkk, sedikit menyulitkan libero Bhayangkara Presisi, Fahreza Rakha Abhinaya. Libero asal tim Indomaret ini sampai meluncur di atas lapangan untuk mempertahankan bola tetap hidup.
Di momen inilah awal kericuhan terjadi.
Tubuh Fahreza Rakha Abhinaya nyaris menyeberang ke area tim lawan. Namun dia berhasil mempertahankan posisinya untuk tetap berada di area permainan timnya.
Baca juga: Top Skor Final Four Proliga 2024 Putaran Pertama: Boy Arnez Salip Rivan Nurmulki, Megawati Urutan 6
Namun entah secara sengaja atau tidak, Luis Elian mencoba untuk menarik kaki libero Timnas voli putra Indonesia tersebut.
Sontak laga dihentikan karena protes keras dilakukan oleh para penggawa Bhayangkara Presisi. Tak berhenti sampai di situ, para pemain seperti Nizar Zulfikar sampai terpancing emosinya karena insiden tersebut.
Henry Ade Novian menjadi pemain Bhayangakara Presisi paling emosional. Dia secara terang-terangan menunjuk Luis Elian sebagai pelampiasan emosi.
Situasinya semakin memanas. Seluruh pemain dari Bhayangkara Presisi dan STIN BIN turun ke lapangan pertandingan untuk menenangkan rekan-rekannya yang tersulut amarah.
Bahkan Ryan Masajedi dan Reidel Toiran sebagai pelatih kedua tim, sampai menarik para pemainnya sendiri untuk menghentikan konfontrasi terjadi.
Sesuai aturan FIVB, pevoli tidak bola menginjak area permainan lawan, dengan catatan bola masih hidup alias pertandingan berlangsung.
Pun aturan ini memiliki poin poin tersendiri. Di antaranya, pemain dapat dinyatakan pelanggaran jika ada satu kaki yang menginjak/menapak secara keseluruhan di area tim lawan.
Hal ini tidak berlaku ketika hanya ujung kaki, atau sebagian.
Akan tetapi jika posisi pemain berada di bawah, atau terjatuh seperti case yang dialami Fahreza Rakha, maka sebagian kaki berada di area tim lawan, sudah bisa di-call sebagai pelanggaran.
(Tribunnews.com/Giri)