TRIBUNNEWS.COM - Pembalap Ducati Lenovo Team, Francesco 'Pecco' Bagnaia menolak keras untuk mulai menerapkan pemakaian radio komunikasi di MotoGP 2025.
Pecco Bagnaia memandang, radio komunikasi untuk para pembalap dan crew di garasi tim, masih berbahaya jika dipaksakan berjalan di MotoGP tahun depan.
Departemen produksi Dorna telah bekerja selama beberapa waktu untuk mengembangkan teknologi ini, yang, setelah diimplementasikan, akan menawarkan sesuatu yang berbeda pada kejuaraan.
Dorna memiliki ambisi besar untuk bisa menambahkan sistem komunikasi radio tersebut ke tim peserta MotoGP, bahkan telah melakukan eksperimen teknologi ini sejak 2020 silam.
Sepanjang musim ini, beberapa pembalap telah mengajukan diri untuk menguji sistem ini, yang bertujuan untuk melangkah lebih jauh dari pesan-pesan yang saat ini diterima oleh para pembalap di layar instrumen motor mereka.
Dalam hal ini, idenya adalah menciptakan kerangka kerja untuk dialog dua arah antara pembalap dan bengkel timnya, atau Race Direction.
Dari Aleix Espargaro hingga Fabio Quartararo, ada sejumlah pembalap yang berbeda di grid dalam kategori motor berat yang telah menguji mekanisme ini.
Beberapa di antaranya lebih menyukai mekanisme ini daripada yang lain.
Dalam tes kolektif yang berlangsung Selasa lalu, dua hari setelah akhir kursus, ada beberapa pembalap yang kembali ke radio dan semua peralatan yang menyertainya.
Penguji Ducati, Michelle Pirro, dan Davide Tardozzi, manajer tim dari tim pabrikan Borgo Panigale, adalah orang pertama yang mencoba bertukar pesan.
Kemudian giliran Pecco Bagnaia, yang, seperti biasa, sekali lagi menentang penggunaan radio di MotoGP.
Baca juga: Hasil Liga Voli Putri Korea: Megawati Ukir 4 Poin, GS Caltex Lumat Red Sparks 25-18 di Set Pertama
"Saya sudah mencoba sistem komunikasi, tapi belum siap," terang Pecco Bagnaia dikutip dari laman Motorcyclesports.
"Tidak berhasil, saya tidak bisa mendengar apa-apa dan juga kabel yang menghubungkan kedua perangkat itu sangat mengganggu saya," kata juara MotoGP dua kali itu, dalam perjalanan pertamanya di lintasan tanpa nomor #1.
Bagnaia menyebut ada potensi bahaya bagi pembalap jika dipaksakan memakai radio komunikasi saat balapan.
"Ini bisa berbahaya, jadi saya akan mencobanya lagi jika sudah siap."
Dalam tes setelah Grand Prix San Marino, pembalap Italia itu berterus terang tentang kasus hipotesis bahwa penggunaan radio akan diberlakukan oleh peraturan.
"Saya pikir saya akan mendapatkan denda, seperti Michael Jordan, di setiap balapan, karena saya tidak akan menggunakan hal seperti itu," terang Pecco Bagnaia.
"Jordan didenda setiap pertandingan karena ia mengenakan sepatu merah (seharusnya berwarna putih).
"Saya telah mencoba sistem ini dan 'ini meremas tulang Anda' (terasa sakit): hanya dengan menghabiskan 30 detik dengan jari-jari Anda di atasnya (untuk mengaktifkannya), itu mulai terasa sakit, bayangkan 40 menit berkendara. Itu tidak masuk akal," komentar Bagnaia saat itu.
Teknologi ini dimaksudkan agar meningkatkan aspek keselamatan yang memungkinkan pimpinan balapan dapat berkomunikasi langsung dengan pembalap jika terjadi insiden di lintasan.
Ditegaskan bahwa teknologi ini akan dipakai bukan untuk memungkinkan tim berbicara dengan pembalapnya.
Saat ini, dengan semakin pesatnya teknologi berkembang, komunikasi radio tersebut sudah dapat dilakukan melalui pesan teks yang dapat dikirim ke dasbor motor oleh pengawas balapan dan tim.
Fungsinya macam-macam, dari informasi adanya insiden hingga memberitahukan jarak dengan rivalnya seperti yang lazim dilakukan petugas pit menggunakan pit board.
Dari sisi hiburan, Dorna tentu berharap bisa mendapatkan poin lebih bagi para penggemar MotoGP, penonton bisa menyimak komunikasi yang dilakukan tim kepada pembalapnya, persis seperti F1.
(Tribunnews.com/Giri)