TRIBUNNEWS.COM, SOLO — Chairman Liga Primer Indonesia (LPI) Arifin Panigoro menegaskan, LPI mendorong kemandirian klub sepak bola Tanah Air menuju industri sepak bola Indonesia. LPI merupakan liga reformasi.
Seperti dilansir Antara, Jumat (7/1/2011), Arifin menandaskan, LPI mendorong sepak bola sebagai lahan bisnis yang menguntungkan sehingga menarik perusahaan-perusahaan besar untuk terlibat di dalamnya.
Selain itu, pengusaha nasional ini yakin selain kemajuan
industri, LPI juga dapat meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia.
Seperti diketahui, sudah 20 tahun ini sepak bola Indonesia tanpa prestasi yang membanggakan.
Menurut dia, prestasi tertinggi yang diperoleh antara lain medali emas SEA Games 1991 Manila, Filipina. Setelah itu, Indonesia hanya mendapatkan kegagalan demi kegagalan, termasuk turnamen AFF Cup 2010.
Faktor utamanya, kata dia, adalah karena adanya penurunan prestasi. Penyebabnya antara lain buruknya kompetisi sepak bola di Tanah Air yang kehilangan kredibilitas dan tidak adanya pembinaan usia muda yang berjenjang dan berkelanjutan. Bahkan, lanjut dia, banyak klub dibiayai menggunakan APBD.
"Sepak bola profesional tidak boleh menggunakan uang rakyat atau APBD," katanya.
Ia menjelaskan, lahirnya LPI ini bentuk pelaksanaan hasil Kongres Sepak Bola Nasional (KSN) yang berlangsung di Malang, Jawa Timur, Maret 2010. Hasilnya sudah diterima seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) sepak bola nasional dan bertujuan membantu perbaikan prestasi persebakbolaan Indonesia.
Selain itu, LPI juga akan menggunakan wasit asing dari berbagai negara berkualitas FIFA, pemain berketerampilan tinggi, dan pelatih ternama. Hal itu untuk meningkatkan kualitas kompetisi.
Kompetisi sepak bola LPI yang akan digelar mulai Sabtu (8/1/2011) di Solo akan diikuti 19 klub dari berbagai daerah di Indonesia.