News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Calon Ketua Umum PSSI

Nasib PSSI Tergantung pada 100 Tandatangan

Penulis: Alie Usman
Editor: Iwan Apriansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ratusan suporter gabungan se-Jawa Timur berunjuk rasa di depan Kantor Menpora, Senayan, Jakarta, Rabu (2/3/2011). Mereka menuntut agar Menpora mengambil alih PSSI dan membekukannya.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alie Usman

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
- Jelang kongres PSSI yang bakal dilangsungkan sebelum 30 April 2011 mendatang, spekulasi soal kemana arah suara milik 100 anggota PSSI masih menjadi tanda tanya besar.

KPPN yang sempat muncul secara kontroversial mengusung satu nama calon, bahkan telah membebaskan anggotanya untuk menentukan kemana arah dukungan suara masing-masing.

Meski sebelumnya sejumlah besar klub dan pengurus pengprov PSSI yang anti terhadap Nurdin Halid menyatakan sepakat menentukan format masa depan PSSI yang mereka yakini membawa perubahan besar, namun arah dari peta kekuatan suara tersebut makin bias seiring dinamika yang terjadi.

Awalnya, sebanyak 87 pemilik suara yang membentuk KPPN mengaku telah sepakat menyatakan dukungannya untuk George Toisutta-Arifin Panigoro. Tak lama berselang, Presiden FIFA, Sepp Blatter membuat statement kontroversial yang menyebut empat nama calon, termasuk dua jago KPPN tadi tak lagi boleh mencalonkan diri.

Spekulasi kembali terjadi. Pelarangan empat orang tersebut membuat adanya celah masuk bagi nama-nama lain untuk ikut dalam pusaran arus Ketua Umum PSSI. Meski pernyataan Blatter tersebut dianggap angin lalu PSSI, namun bagi 100 anggotanya, perubahan arah suara sudah terlanjur menguat.

Pengamat sepakbola yang juga legenda timnas, Bob Hippy menilai, persoalan PSSI yang terus bergerak membuat percaturan suara menentukan kebijakan diantara anggota PSSI juga ikut dinamis. Menurut Bob Hippy, pada intinya, kini persoalan mau di bawa kemana PSSI nantinya hanya tinggal menunggu ketetapan para pemilik suara pasca jalan-jalan ke Eropa.

Yang patut dicermati, menurut Bob Hippy, adalah soal pengambil keputusan di klub maupun Pengprov pemilik suara sah PSSI. Seperti diketahui, setiap pemilik suara menjadi sah dan terwakili suaranya jika dalam surat suara telah membubuhkan tanda tangan Ketua, dan Sekretaris.

"Proses pertama yang harus diawasi tentu soal orang-orang yang punya kewenangan baik di klub maupun Pengprov. Menurut saya, ini sangat rawan dipermainkan. Saya dapat kabar, ada beberapa yang karena berseberangan dengan Jakarta, lalu dipecat dan diganti secara sepihak," ujar Bob Hippy, di FX Senayan, Jumat (18/3/2011).

Persoalan bongkar pasang Ketua-Sekretaris yang punya kewenangan membubuhkan tandatangan sendiri sebetulnya sudah menjadi rahasia umum di PSSI. Mantan manajer Persebaya, Saleh Mukadar, bahkan menyebut hal itu sebagai trik busuk yang dilakukan PSSI untuk melanggengkan kekuasaannya.

Edi Elison, pengamat sepakbola nasional mengatakan, untuk kasus bongkar pasang tersebut, PSSI sadar, semua keputusan dan kekuatan ketetapan bersumber pada tanda tangan Ketua dan Sekretaris klub dan Pengprov yang jumlahnya kini 100 suara.

Menurut Edi Elison, kemungkinan tersebut sangat besar terjadi di PSSI. Dengan mengganti secara sepihak, menempatkan orang yang bisa mendukung dan menyingkirkan orang yang membelot adalah hal yang mutlak harus dilakukan untuk melanggengkan kekuasaan.

Untuk itu, pengawasan harus dilakukan oleh pemerintah maupun publik sepakbola secara keseluruhan mulai dari sekarang. Karena nasib PSSI kini sepenuhnya ditentukan oleh goresan tandatangan 200 kepala yang berada dalam 100 pemilik suara sah PSSI.

"Ada upaya mengobrak abrik Pengprov dan klub. Saya dengar kini muncul mosi tidak percaya kepada Ketua maupun Sekretaris Pengprov yang menginginkan perubahan. Saya harap semua ikut mengawasi. Agar permainan bongkar pasang sepihak jelang kongres tidak bisa dilakukan," ujar Edi Elison. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini