TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meskipun telah dilarang oleh FIFA, George Toisutta (GT) dan Arifin Panigoro (AP) tetap bertekad maju dalam pertarungan kursi ketua umum PSSI."Toisutta dan Arifin terus. Soalnya, mereka dan mayoritas pemilik suara ingin melakukan reformasi," kata juru bicara AP-GT, Halim Mahfudz, Jumat (3/6/2011).
GT-AP serta Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie telah dilarang oleh FIFA maju sebagai ketua umum PSSI. Namun, mayoritas pemilik suara yang tergabung dalam kolompok 78 bersikukuh memasukan nama GT-AP dalam kongres pada 20 Mei sehingga kongres berakhir deadlock.
Dalam perjalanannya, FIFA memberi kesempatan kepada Komite Normalisasi untuk menggelar kongres ulang sebelum 30 Juni. FIFA juga kembali menegaskan tetap melarang keempat orang itu. Jika kongres kembali gagal maka otomatis Indonesia akan mendapatkan sanksi mulai 1 Juli.
"Tekadnya GT-AP mereformasi sepak bola mulai dari organisasi, pembinaan usia dini, sampai dengan pembentukan tim nasional yang solid," terang Halim.
Sementara itu, pertemuan Gerakan Reformasi Sepak Bola Nasional Indonesia (GRSNI) dengan Sekjen FIFA Jerome Valcke pada 29 Mei lalu, Farid Rahman dan Hadi Basalamah sebagai delegasi GRSNI menjelaskan tentang proses reformasi yang berlangsung dan diinginkan oleh sebagian pemilik suara sah anggota PSSI.
Menurut mereka, Valcke terkejut karena informasi yang disampaikan oleh GRSNI bertentangan dengan informasi yang diterimana dari Komite Normalisasi. Diantaranya adalah tentang ancaman sanksi pasca kongres 20 Mei yang menurut Valcke tidak pernah diagendakan dalam sidang Komite Eksekutif FIFA atau dalam kongres FIFA.
Bantahan serupa juga disampaikan oleh Frank van Hattum yang menegaskan tidak ada rekomendasi sanksi atas Indonesia.