TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Makin rumitnya persoalan PSSI membuat keberadaan Komite Normalisasi yang diharapkan mampu menyelesaikan kisruh tersebut dinilai terseret dalam arus persoalan politik.
Menurut, Ketua Asosiasi Sekolah Sepak Bola Indonesia, Taufik Jursal Efendi, persoalan PSSI yang tak kunjung usai bisa jadi lantaran terbawa pusaran politik.
"PSSI dan sepakbola kita sudah masuk ranah politik praktis, dimana nilai-nilai sportivitas, persahabatan, dan spirit olahraga sudah jauh ditinggalkan. Pemilik suara PSSI sebagai anggota yang terlibat langsung seharusnya mengambil sikap tegas agar jangan lagi mau ditekan KN yang fungsi dan tugasnya untuk menormalisasi keadaan," ujar Taufik Jursal.
Menurut Taufik, sudah sewajarnya jika setiap orang yang mengambil peran dalam penyelesaian kisruh PSSI harus mengesampingkan kepentingan pribadi dan golongan. Kepentingan bangsa yang jauh lebih penting, harusnya dapat dijalankan dengan baik, khususnya oleh Komite Normalisasi.
"Bukan penegasan ini kongres biasa atau ini KLB (kongres luar biasa). Yang perlu disegerakan sekarang adalah bagaimana agar segera terbentuk pengurus PSSI yang legal, hasil keinginan pemilih dalam hal ini pemilik suara. Ini malah dimundurkan. Pemilik suara harus pertanyakan itu kepada KN," ujar Taufik. (*)