News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kongres PSSI

Kisruh PSSI Akibat Proses Revolusi Banci

Penulis: Alie Usman
Editor: Ade Mayasanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peserta Kongres PSSI terlihat bersantai membaca koran dan menelpon usai penutupan kongres di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Jumat (20/5/2011). Kongres tersebut gagal atau tidak menghasilkan apapun karena tidak tercapainya kesepakatan antara peserta kongres dan Komite Normalisasi PSSI. (tribunnews/herudin)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alie Usman

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Persoalan PSSI yang makin menjauh dari titik penyelesaian setelah Komite Normalisasi memundurkan jadwal kongres, dinilai koordinator Jaringan Pembaharuan Sepakbola Indonesia (JPSI), Richard Achmad Supriyanto, akibat agenda revolusi yang setengah hati.

Richard Achmad Supriyanto mengatakan, apa yang saat ini terjadi di PSSI tak lebih dari proses revolusi banci, karena dilakukan setengah-setengah.Para pelaku yang berperan dalam kisruh PSSI tidak bisa jantan dalam mengatakan kebenaran dan meneriakan perubahan.

JPSI melihat ada upaya main mata yang kerap dilakukan dalam perjalanan kisruh PSSI ini. Baik itu oleh Komite Normalisasi, para pemilik suara, bahkan pemerintah melalui KOI/KOI. Menurut Richard, aksi lobi dan main mata tersebut sebenarnya hanya dilakukan untuk mencari kepuasan kelompok masing-masing.

"Semua pihak tidak bisa bersikap jelas dan bijak dalam kasus ini. Saya katakan, semua yang berperan dalam penyelesaian kisruh PSSI mulai genit-genitan. Pendek kata, kita dihadapkan pada realitas bahwa revolusi yang saat ini digulirkan tak lebih dari revolusi banci," ujar Richard Achmad Supriyanto, Senin (13/6/2011).

Menurut Richard, pemerintah yang diharapkan dapat menjadi benteng terakhir untuk bisa menormalkan situasi, kini cenderung ikut arus bermain dalam politik kepentingan di balik kisruh PSSI itu sendiri.
"Saya kira KONI juga selalu bersikap berat sebelah. Ini juga ada kaitanya dengan peranan status quo. Harusnya, mereka bersikap adil demi kepentingan bersama," ujar Richard.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini