Laporan Wartawan Tribunnews.com, Iwan Taunuzi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Manager Pelita Jaya, Lalu Mara Satriawangsa menegaskan bahwa keputusan wasit Hendri Kristanto yang meniup peluit panjang tanda pertandingan usai saat memimpin laga antara tuan rumah Arema vs Pelita Jaya dalam lanjutan kompetisi ISL di Kanjuruhan, Malang, kemarin, dinilai tanpa mekanisme yang jelas.
"Pluit akhir ditiup tanpa mekanisme, yakni memanggil capten kedua tim. Karena saat bersamaan pelatih Pelita sedang dialog kepada pemain untuk meminta pemain masuk lapangan," kata Lalu Mara ketika dihubungi wartawan, Minggu (29/4/2012). Parahnya peluit ditiup oleh wasit, meski waktu normal belum genap 90 menit.
Kenyataan ini yang sangat disesalkan oleh Pelita Jaya. Menurutnya, harus ada perbaikan signifikan dari kinerja wasit jika sepak bola Indonesia ingin berkembang. Jika tidak, ia yakin ISL akan menjadi korban.
"Kami sudah sampaikan protes ke BLI. Pluit akhir sudah ditiup, dan di sepakbola pluit sudah ditiup. Meski kami tidak menerima, tak akan mengurangi poin Arema atau menambah poin Pelita Jaya," ujarnya.
Yang lebih disesalkan, ketika Hendri mengesahkan gol ketiga Arema yang dilesakkan Jean Alain N'Kong pada menit ke-85 imbas dari pelanggaran pemain tengah Pelita, Egi Melgiansyah terhadap Herman Dzumafo.
Masalahnya, tendangan bebas dilakukan pemain Arema saat wasit belum siap memimpin laga karena masih berdebat dengan Egi Mergiansyah. Naasnya, buah dari tendangan bebas tersebut dikonversi sebuah gol kemenangan Arema. Sontak ini mendapat protes keras, terlebih Pelita Jaya.
"Quicky taken dibenarkan, tapi diambil di tempat kejadian dan wasit dalam keadaan siap, bukan sedang berkomunikasi dengan pemain. Yang terjadi kemarin, quicky taken diambil 5 meter dari tempat kejadian pelanggaran, dan wasit sedang komunikasi dengan Egi (Melgiansya)," ujarnya.