TRIBUNNEWS.COM, ROMA - Belum lama rasanya pada pertengahan 2006 persepakbolaan Italia diguncang kasus calciopoli. Kasus calciopoli ini terkait dengan pengaturan skor beberapa pertandingan di Serie A dan Serie B yang kemudian menyeret Manajer Umum Juventus, Luciano Moggi saat itu. Imbas paling besar adalah terdegradasinya raksasa Italia, Juventus ke Serie B, disertia pencopotan dua scudetto pada 2005 dan 2006. Menjelang putaran final Euro 2012 di Polandia-Ukraina, persepakbolaan Italia kembali diguncang skandal.
Berbeda dengan skandal calciopoli 2006 lalu yang hanya melibatkan jaringan mafia Italia dan bayak melibatkan klub Serie B, skandal kali ini ternyata berafiliasi dengan jaringan mafia internasional. Skandal ini terbongkar ketika Wilson Raj, seorang warga Singapura keturunan India, ditangkap oleh Kepolisian Finlandia, Februari lalu akibat pengaturan skor di persepakbolaan Finlandia. Wilson Raj saat ini mendekam di penjara Finlandia akibat perbuatan itu.
Hasil investigasi menyeluruh terhadap kasus Raj ini kemudian memunculkan nama warga negara Singapura, Tan Seet Eng yang diklaim sebagai “Singapore leader”. Tan Seet Eng disinyalir sebagai penyandang dana utama skandal pengaturan skor di Serie A, Serie B, serta beberapa pertandingan sepak bola internasional lainnya, seperti Nigeria versus Argentina dan Bahrain versus Togo. Nama Tan Seet Eng itu pun juga ditemui di dalam direktori telepon genggam Raj dan 50 warga negara Singapura lainnya.
Tan Seet Eng, yang kerap disebut dan diyakini sebagai otak dari skandal pengaturan skor yang dijalankan oleh sindikat kriminal Asia Tenggara. Ekspansi skandal pria 47 tahun itu ternyata tidak sebatas di Italia saja. Berdasarkan hasil investigasi, ekspansi skandal yang dilakukan oleh Tan Eeng Set ternyata menembus Finlandia, negara-negara di kawasan Baltik, Afrika, China, dan Amerika Selatan. Interpol memperkirakan keuntungan bersih bisnis kotor Tan Eeng Set dapat mencapai 90 miliar Dollar Amerika Serikat per tahun alias Rp 841, 121 triliun. Fantastis!