TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mulai tanggal 1 Maret 2013 lalu, Deputi sekjen PSSI Saleh Ismail Mukadar meninggalkan PSSI. Saleh menyatakan mundur dari jabatan yang diemban sejak 2,5 tahun terakhir.
Saleh Mukadar tak menampik bila putusan mundur ini sebagai bentuk rasa kecewa atas sikap abu-abu yang ditunjukkan pemerintah dalam penyelesaian konflik sepakbola Indonesia saat ini.
"Saya berjuang sejak awal karena ingin sepakbola kita lepas dari politik lokal, mafia, dan judi. Namun, ketika saya melihat pemerintah yang punya tanggung jawab utama tidak berupaya meniadakan mafia dan judi, maka saya menyerah," kata Saleh seperti dilansir goal.
"Saya masih optimistis revolusi berjalan," katanya.
Saleh berharap kepengurusan PSSI masih mau berjuang menghilangkan sepakbola Indonesia dari korupsi, mafia, dan judi, maupun kepentingan politik lokal.
"Kepentingan politik dan judi yang menghancurkan sepakbola kita," katanya.
Saleh mengingatkan agar pemerintah tidak membiarkan sepakbola Indonesia dalam posisi abu-abu dan tidak transparan. Abu-abu yang dimaksud adalah membiarkan kehidupan organisasi sepakbola berjalan tidak sesuai aturan dan transparan.
"Kita ingin semua transparan. Sepakbola transparan, pengurus transparan," kata Saleh.
Organisasi sepakbola seharusnya diurus oleh orang profesional dan bukan politisi.
"Karena orang politik ingin yang abu-abu, tidak terbuka. Ketika ini tidak terbuka, maka duit haram kan bisa masuk ke dalam," kata Saleh.
Kalau ini terjadi, kata Saleh, maka tidak akan ada transparansi dan akuntabilitas pengelolaan sepakbola. Akibatnya nasib sepakbola Indonesia pun tidak jelas, dilingkupi mafia, judi, dan kepentingan politik lokal.
Baca juga: