TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang akan digelar di Hotel Borobudur, Jakarta, Minggu (17/3/2013) dikatakan Aktifis Save Our Soccer (SOS), Apung Widadi bakal tidak menyelesaikan kekisruan.
KLB PSSI membahas tiga agenda, yakni unifikasi liga, pengembalian empat anggota Komite Eksekutif (Exco) dan revisi statuta.
Apung Widadi mengakui penyelenggaraan KLB hanya sekadar formalitas menjalani instruksi FIFA agar tidak dikenakan sanksi.
"Jikalau nantinya kongres bisa berjalan lancar, kebobrokan di PSSI menangani sepak bola tidak akan berakhir," kata Apung di sebuah tempat makan di bilangan Senayan Jakarta, Sabtu (16/3/2013).
Apung Widadi mengungkapkan bahwa ada beberapa akar permasalahan penyebab kerusakan sepak bola Indonesia yang hingga kini belum terselesaikan.
Oleh karena itu PSSI harus melakukan instropeksi dengan tidak menyertakan orang-orang politik mengurus sepak bola.
Apung mencontohkan ditunjuknya Bupati Kutai Timur, Isran Noor sebagai Ketua Badan Tim Nasional (BTN). BTN yang dibentuk Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin tanpa persetujuan anggota Komite Eksekutif PSSI.
"Sepak bola harus diurus orang-orang yang benar mengerti sepak bola. Bukan orang-orang politik," ujar Apung.
Masalah transparansi keuangan juga harus menjadi perhatian PSSI. Apung menerangkan bahwa transparansi penting dilakukan untuk menghindari terjadinya penggelapan dana-dana yang masuk ke kantong PSSI.
Hiingga saat ini transparansi itu belum dilakukan. Padahal, Djohar pernah berjanji untuk melakukan transparansi keuangan ketika pertama kali terpilih menjadi Ketua Umum PSSI pada KLB Solo, Juli 2011.
"Kala itu, Djohar berjanji akan memberikan laporan keuangan PSSI kepada masyarakat setiap enam bulan sekali. Tapi sampai sekarang tidak dilakukan," jelasnya.
Sebelumnya, Lembaga Kajian dan Pengembangan Olahraga Indonesia (Lemkapoin) telah menemukan dugaan bahwa Djohar melakukan penyunatan dana timnas untuk Piala AFF 2012.
Direktur Lemkapoin, Richard Ahmad mengatakan sudah saatnya masyarakat memiliki Ketua Umum PSSI baru untuk menggantikan Djohar.
Pasalnya dalam dua tahun kepemimpinannya, Djohar tidak mampu memberikan prestasi membanggakan kepada masyarakat Indonesia.
"Hanya konflik yang selalu muncul," tandas Richard.
Menurut Richard, konflik sepak bola saat ini, karena tidak adanya sikap tegas dari Djohar dalam memimpin organisasi.
Djohar dinilai tidak mempunyai leadership yang kuat sehingga kebijakan yang dibuat selalu menimbulkan kontroversial. Bahkan kontroversi itu pun terjadi pada kalangan internal PSSI.
Baca juga: