TRIBUNNEWS.COM –Minggu (17/3/2013) hari ini, sepak bola Indonesia menghadapi momen penting. Kongres Luar Biasa (KLB) Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) digelar di Jakarta. KLB dilaksanakan untuk mengurai benang kusut dan menyelesaikan masalah di organisasi sepak bola Indonesia. Sejak akhir tahun 2011 kisruh mulai terjadi.
Mulanya saat keputusan pengurus PSSI yang baru memasukkan tim-tim anyar di kasta tertinggi sepak bola negeri ini. Bahkan kontestan liga ini, pernah menjadi 24 tim.
Penolakan terjadi. Alhasil terjadi dualisme liga. PSSI menggelar Liga Primer Indonesia (LPI) lalu Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI) menghelat Liga Super Indonesia (LSI). Ini membuat juara LSI musim lalu Sriwijaya FC hanya jadi penonton saat juara LPI berlaga di kancah Asia.
Tak hanya itu, dualisme timnas pun tercipta. Menjelang Piala AFF 2012, Indonesia punya dua tim nasional. Timnas PSSI diarsiteki Nil Maizar, sementara timnas versi KPSI dilatih oleh Alfred Riedl. Akhirnya, timnas PSSI yang mengikuti Piala AFF.
Upaya rekonsiliasi antara kedua kubu terus dilakukan. Hingga akhirnya bulan lalu di bawah bimbingan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo keduanya sepakat menggelar KLB hari ini.
Harapan agar kedua kubu menyelesaikan konflik pun kembali muncul. Apalagi beberapa hari sebelum kongres, timnas yang bermaterikan pemain dari LSI dan LPI sudah memulai latihan.
Kapten Persib Bandung Atep berharap KLB bisa berjalan lancar dan menghasilkan sesuatu yang positif bagi sepak bola Indonesia. "Kami berharap konflik bisa selesai dan bisa menjadi satu," ujar pemain asal Cianjur ini kepada wartawan.
Ia menambahkan, penyatuan timnas untuk menghadapi laga kedua Pra-Piala Asia 2015 merupakan langkah yang bagus. Timnas ini akan disiapkan untuk menghadapi Saudi Arabia akhir pekan depan.
Soal kompetisi, menurut Atep ada baiknya kedua kompetisi yang kini tengah berjalan bisa dilanjutkan hingga akhir. "Dan di musim depan, semua sudah menjadi satu," kata pemilik nomor punggung tujuh ini.