TRIBUNNEWS.COM – Pergantian pelatih timnas sepak bola Indonesia Luis Manuel Blanco dipandang sebagai skenario besar yang dilakukan satu kelompok tertentu. Selain itu, hal ini menjadi tamparan besar bagi pemerintah Indonesia yang sebelumnya telah menjalin hubungan bilateral dengan Argentina.
Demikian disampaikan pengamat sepak bola nasional Budiarto Shambazy kepada Berita Kota (TRIBUNnews.com Network), Senin (19/3/2013), terkait pemecatan Blanco dari jabatan pelatih timnas.
"Saya melihatnya seperti skenario dari kelompok tertentu yang sebelumnya menyebut sebagai KPSI (Kelompok Penyelamat Sepak Bola Indonesia). Mungkin kehadiran Rahmat Darmawan hanya sementara, karena nantinya Alfred Riedl kembali dimuculkan," kata Budiarto Shambazy.
Aksi pemogokan latihan yang dilakukan pemain dianggap Shambazy sebagai titik awal perjalanan skenario. Belum diketahui secara pasti kebenarannya apakah Blanco yang benar-benar memecat ke-14 pemain yang semuanya berasal dari kompetisi Liga Super Indonesia (LSI).
"Ini menjadi tanya juga, kenapa hanya pemain LSI yang merasa kelelahan. Padahal Stefano Lilipaly dan Irfan Bachdim yang melewati perjalanan lebih panjang dari luar negeri tetap ikut berlatih penuh," ungkap Shambazy.
Wartawan senior tersebut juga mengindikasikan ada "permainan" yang memang telah biasa dilakukan sejumlah pemain sepak bola Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari buruknya pengurus PSSI yang kerap ikutan bermain untuk memuluskan kepentingan kelompoknya.
Blanco yang baru menjabat sebagai pelatih kepala selama sebulan akhirnya digeser oleh duet Rahmad Darmawan dan Jacksen F Tiago. Badan Tim Nasional (BTN) pun hanya menawari posisi direktur teknik kepada Blanco. Tamparan buat pemerintah pemecatan Blanco dianggap tidak sesederhana pemecatan pelatih pada umumnya. Pasalnya, kehadiran Blanco merupakan buah dari kerjasama bilateral antara pemerintah Indonesia dan Argentina.
"Ini adalah sebuah tamparan buat pemerintah termasuk penentu kebijakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebab, kehadiran Blanco adalah bagian dari kerjasasama dengan Presiden Argentina (Cristina Elisabet Fernandez de Kirchner) beberapa waktu lalu," kata Shambazy.
Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo selaku kepanjangan tangan pemerintah, dinilai Shambazy tidak bisa menjaga kebijakan yang telah diputuskan Presiden SBY.
"Ini juga tamparan buat Menpora. Ternyata posisi Blanco juga bisa digeser dengan mudah oleh kelompok tertentu. Mungkin dia baru sadar, kalau langkahnya selama ini justru mendukung kelompok KPSI untuk kembali menguasai timnas dan juga kompetisi Indonesia," tegas Shambazy.