Tribun Medan/cr5
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Tumpulnya daya gedor barisan depan mewarnai perjalanan PSMS Medan saat mengarungi putaran pertama kompetisi Divisi Utama garapan PT Liga Indonesia. Situasi buruk yang tentunya sudah diantisipasi lewat evaluasi menyeluruh. Mengusung skema 4-3-3 yang bertransformasi ke 4-2-3-1, Suimin Diharja yang berstatus pelatih kepala saat itu harus gigit jari.
Betapa tidak, mengandalkan bomber tunggal Alberto Sosa Morel tak berujung mulus. Penyerang Paraguay ini tak menyetor sebiji gol pun. Bila mengabaikan skema baku dan memasukkan daftar penyerang sayap. Maka Riko Simanjuntak dan Ahmad Afandi Lubis berkontribusi masing-masing dua dan satu gol.
Jelang putaran kedua, saat alih kemudi klub dipegang Suharto AD pergeseran formasi taktikal terjadi. Pelatih plontos ini mengusung pakem baku 4-2-3-1. Tentu bukan tanpa alasan, empat laga bertajuk partai away menuntut racik taktik berupa keseimbangan antara kualitas bertahan dan menyerang.
Namun, bila menunjuk prestasi sebagai target. Tidak bisa tidak berbicara produktivitas gol. Karenanya penempatan satu penyerang atau target man membutuhkan pemain dengan naluri pembunuh di kotak penalti. Unggul dalam pergerakan plus kesanggupan memenangi duel-duel bola udara.
Di masa rehat plus berjalannya bursa transfer pemain. Klub berjulukan Ayam Kinantan ini tak berdaya merekrut bomber dengan kualitas yahud. Opsi logis dengan mengandalkan pemain lokal lewat mekanisme seleksi.
Pos penyerang murni kedatangan duo pemain anyar, Tambun Naibaho dan Deny Setiawan. Tambun yang notabene eks penyerang Pro Duta menunjukkan selera bermain tinggi. Meski bertaraf uji coba, pemain bertubuh tambun ini menciptakan hattrick ke gawang PS Aek Kanopan Sekitarnya (PSAS) di Stadion Perkebunan Kanopan Hulu, Minggu (28/4/2013) lalu.
Suharto menyebutkan kiprah Tambun cukup menjanjikan meski belum dapat dikatakan bagus. Pasalnya, PSAS berada di bawah level dan belum bisa memberi ujian sesungguhnya. Ia mengapungkan harap ada penambahan pemain berkarakter penyerang murni.
"Di putaran kedua ini, saya lebih cenderung mengedepankan 4-2-3-1. Itu artinya kebutuhan striker tunggal sangat besar. Apakah Deny atau Tambun, saya belum bisa jawab sekarang. Bisa saja mereka diduetkan saat memakai skema 4-4-2 diamond. Meskipun begitu, tim ini butuh tiga sampai empat striker lagi," ucapnya.
Jauh-jauh hari, Suharto sudah "memesan" bomber asing Persisko Tanjabbar, Camara Mohamed. Apa nyana, penyerang berkebangsaan Nigeria ini terhalang keluar karena klubnya tak memberi surat izin.
Suharto nyaris dipastikan gigit jari. Sebab, bursa transfer ditutup hari ini. PT LI selaku operator kompetisi memberi tenggat akhir penyetoran berkas seluruh pemain pada 30 April.
Menilik fakta ini, sang pelatih plontos angkat tangan.
"Saya masih berharap di waktu yang tersisa, masih ada kesempatan mendatangkan pemain asing. Kalaupun sudah benar-benar tertutup, saya akan andalkan penyerang lokal. Saya tidak mau pesimis," ucapnya seolah berupaya menghibur diri.
Sesungguhnya, opsi lain masih tersaji. Yakni memanggil pulang trio Paraguay yang bermain di paruh musim lalu. Hanya saja sangat mustahil, mengingat hak-hak dasar ketiganya tak mampu dipenuhi manajemen dan pengurus. Itu sebabnya, kans Tambun Naibaho terbuka sangat lebar.