TRIBUNNEWS.COM – Legenda sepak bola nasional, Peri Sandria, menyoroti penyebab keterpurukan Persija musim 2013. Minimnya fasilitas di Jakarta dinilai menjadi salah satu faktor pendukung keberadaan Persija di papan bawah. "Tanpa faslitas pendukung yang lengkap, niscaya prestasi akan menjauh. Mau tidak mau, kota Jakarta mesti memberikan stadion, lapangan latihan dan mess yang layak," katanya di sela-sela acara Rembug Sepak Bola Jakarta di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (25/5/2013).
Mantan penggawa tim nasional Indonesia era 90-an itu menyayangkan tim sekelas Persija yang berada di Ibukota mesti kesulitan mencari lapangan latihan, maupun untuk menggelar pertandingan lanjutan Liga Super Indonesia (LSI).
"Sebaiknya, rencana pembangunan stadion di lokasi BMW segera direalisasi pemerintah daerah. Kalau tidak, ya bakal terus bertentangan dengan aparat keamanan untuk berlaga di Stadion Utama Gelora Bung Karno yang berada di pusat kota," bebernya.
Eks pemain Bandung Raya itu juga mengkritisi konflik federasi yang berimbas kepada krisis finansial yang dialami sebagian klub profesional di Tanah Air. Semakin ke sini, kata Peri, sepak bola Indonesia justru semakin melorot prestasinya.
"Semua kembali ke induknya, yakni federasi. Silakan mereka ribut, tapi yang terutama kompetisi dan pengelolaan timnas tetap berjalan satu arah. Yang kita lihat, justru makin meruncing hingga dualisme klub dan timnas. Ini sangat memprihatinkan," kata pria yang kini menjabat sebagai pelatih PS Siak, Riau itu.
Mantan striker Pusam -kini Persisam-tersebut berharap konflik federasi benar-benar tuntas sehingga kompetisi berjalan dengan baik. Dengan begitu, lanjutnya, investor kembali memberi kepercayaan menanam modal ke klub profesional.