TRIBUNNEWS.COM, BELO HORIZONTE – Penyelenggaraan Piala Konfederasi 2013 tidak hanya menuai protes keras dari warga Brasil. Turnamen antar juara setiap konfederasi ini juga menuai kritik pedas dari seorang jurnalis, Nigel Reed.
Melalui tulisannya yang diunggah di CBC, Nigel Reed menyorot soal kekalahan 1-6 Tahiti dari Nigeria. Reed menilai kekalahan dengan skor mencolok itu sebagai tontonan yang dinantikan oleh para pencinta sepak bola, sekaligus menjadi tamparan keras bagi FIFA untuk melakukan kontrol yang ketat terhadap kualitas Piala Konfederasi.
Well, Tahiti memang berhasil mencetak sebuah gol ke gawang Nigeria dan memang pada sejumlah turnamen kerap muncul tim-tim kejutan seperti Selandia Baru (Piala Dunia 2010) dan Senegal (Piala Dunia 2002).
Namun di mata Nigel Reed, perbedaan kualitas antara Nigeria dengan Tahiti sangat jauh. Nigeria terkenal sebagai salah satu tim kuat di dunia dan Afrika. Sedangkan Tahiti, meski menjuarai Oseania, tidak memiliki kultur sepak bola. Dari 23 pemain yang diberangkatkan ke Brasil, Tahiti hanya memiliki seorang pemain profesional, yaitu Marama Vahirua, yang saat ini tercatat bermain untuk klub Yunani, Panthrakikos.
“Tahiti mungkin telah mendapatkan simpati di Belo Horizonte. Namun turnamen ini telah kehilangan banyak kredibilitas. Piala Konfederasi sedang bersedih karena turnamen ini terlihat lebih dari sekedar suatu ujian untuk Piala Dunia, namun yang terjadi justru memunculkan ledekan soal kriteria kelolosan,” tulis Reed seperti dikutip Tribunnews.com.
Dalam tulisannya Nigel Reed kemudian mempertanyakan peran FIFA di Piala Konfederasi 2013. FIFA selaku badan tertinggi persepakbolaan di dunia seharusnya tidak meloloskan begitu saja wakil-wakil dari Oseania. Alasan Reed kualitas tim-tim dari Oseania yang rendah akan memperburuk kredibilitas Piala Konfederasi.
“Pembangunan persepakbolaan membutuhkan waktu panjang dan kerja keras. Oseania tidak mendapatkan tiket langsung ke Piala Dunia. Lalu mengapa peraturan yang sama tidak diaplikasikan di Piala Konfederasi? Tim-tim lain dari Asia, Afrika, atau Amerika Utara, yang masih lebih baik dari Oseania, seharusnya bisa mendapat jatah playoff,” tutur Reed.