News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemain PSMS Jadi Gelandangan

Bepe Bantu 11 Pemain PSMS

Editor: Ade Mayasanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebanyak 11 pemain PSMS Medan di bawah PT Liga Indonesia, mengadukan nasib mereka ke PSSI, Rabu (12/6/2013).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso P

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Usai bertemu Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo tanpa hasil, sebelas pemain PSMS kembali ke kediaman pribadi Ali di kawasan Kampung Rambutan. Kesebelas pemain itu tinggal di rumah Ali yang berukurang sekitar 100 meter persegi, berbagi dengan empat anak Ali. Keesokan paginya dengan diantar Ali para pemain PSMS Medan itu menyambangi sekretariat APPI.

Di sekretariat APPI mereka ditemui oleh CEO APPI, Valentino simanjuntak dan Wakil Presiden APPI, Bambang Pamungkas. Angin segar di dapat para pemain PSMS Medan itu dari APPI yang berkomitmen membantu para pemain, dan memberi dukungan materi untuk para pemain untuk bertahan hidup selama di Jakarta.

"Tanggapan mereka mendukung, mereka juga yang menemani kami untuk mengadu. Hari itu juga kami dengan bantuan APPI melayangkan surat ke PT.Liga, PSSI dan Kemenpora," kata Muhamad Irfan (24) Gelandang Serang PSMS Medan kepada Tribunnews.com di Jakarta.

Mereka melayangkan surat pada akhir pekan, terpaksa mereka menunggu hingga hari Senin setelahnya untuk melanjutkan aksi. Kesebelas pemain PSMS Medan itu kemudian pulang ke kediaman Ali yang terletak tak jauh dari Stasiun Bus Antar Kota Antar Propinsi, Kampung Rambutan. Selama akhir pekan kata Irfan mereka menemani Ali yang bekerja sebagai pengurus di salah satu PO.Bus di terminal tersebut.

"Kita jadi preman lah. Kalau bang Ali suruh kita pukul (orang) ya kita pukul," seloroh Irfan lalu tertawa.

Senin pagi (17/6/2013) mereka kembali menyambangi kantor APPI dan kembali bertemu Valentino serta Bambang Pamungkas. Para pemain itu minta persetujuan APPI untuk menggelar aksi di depan kantor PSSI, dan hal itu disetuju APPI. Siangnya kesebelas pemain PSMS Medan itu langsung menggelar aksi di depan kantor PSSI hingga menjelang Magrib.

"Selesai demo kita ditawari tinggal di Menteng, ada rumah tua yang jaga kenalan kita juga," kata dia.

Rumah tersebut terletak di kawasan gondang Dia, Menteng, Jakarta Pusat. Menurut Irfan rumah besar itu sudah bertahun-tahun tidak dihuni pemiliknya, dan konon rumah itu dihuni banyak hantu. Para pemain PSMS medan tidur di lantai dengan hanya beralaskan tikar dan kardus bekas yang direntangkan.

"Yang penting tidak kena angin kita tidur," terangnya.

Keesokan harinya para pemain kembali ke kantor PSSI dan menggelar aksi sembari menunggu panggilan dari Hinca yang dikabarkan hari itu mau menemui mereka. Namun hingga aksi mereka selesai menjelang Magrib, tak satu pun kabar dari Hinca. Malamnya salah seorang bawahan Hinca mengabari bahwa Ketua Komisi Disiplin PSSI itu mau menemui mereka di kantor PSSI pada sore hari, usai pertandingan Jakarta All Star yang diperkuat pemain Cagliari, Raja Nainggolan melawan Timnas U-23 yang juga diperkuat oleh Andik Vermansyah.

Susanto (30) bek kanan PSMS Medan mengatakan saat mereka berkumpul di kantor PSSI Hinca hanya menemui mereka sebentar. Hinca mengatakan urusan gaji adalah urusan pemain dengan pengurus klub, dan bukan urusan komisi disiplin. Irwin yang saat itu berdiri di belakang CEO APPI Valentino Simanjuntak mengaku geram atas jawaban Hinca, dan sempat berpikir untuk mengamuk di kantor itu.

"Kita kesal juga dengar omongan dia, dia kan anak Medan juga tapi kok begini. Tapi disitu ada bang Velentino, dia bilang kita jangan berbuat kriminal, akhirnya dia yang mencegah keributan. Dia menyarankan kita langsung pergi ke kantor Menpora untuk menemui Pak Roy Suryo, lalu kita berangkatlah," terang Irwin.

Beruntung bagi mereka, walapun mereka tiba di kantor Kemenpora setelah Magrib sang menteri ternyata masih ada di kantornya. Kesebelas pemain itu dengan ditemani Valentino lalu menunggu Roy Suryo di depan pintu utama kantor Kemenpora. Setelah keluar dari pintu utama gedung untuk menuju mobilnya, Roy Suryo dihadang oleh CEO APPI dan diarahkan untuk menemui kesebelas pemain, dan Roy Suryo pun bersedia menemui. Kata Roy, pemain lebih baik kembali ke Medan dan soal tiket hal itu akan dipertimbangkan oleh kementerian.

"Karena sudah stres diusir PSSI terus dan tidak kunjung jelas perjuangan kami, kami akhirnya menggelar pengajian di depan kantor PSSI, kita mengaji di aspal situ di depan kantor," kata Susanto.

Hari itu juga, dua diantara kesebelas pemain yakni kapten tim Hardiantono dan Tri Ardiansyah yang sudah dua hari kesehatannya menurun kembali ke Medan, atas bantuan sejumlah orang yang bersimpati atas kasus itu. Sedangkan sembilan pemain lainnya diberi penginapan yang agak mewah di kawasan Pejompongan, Tanah Abang, Jakarta Pusat oleh APPI. Untuk satu malam para pemain PSMS Medan itu bisa merasakan tidur layak di kasur.

Keesokan harinya mereka kembali lagi ke kantor PSSI, dan di situ mereka mendapat secercah harapan, mereka diberitahu bahwa Wakil Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti sempat menanyakan kabar pemain PSMS, dan berharap bisa bertemu para pemain. Namun hingga malam hari mereka tidak juga kunjung ditemui La Nyala, para pemain pun memutuskan pulang ke Pejompongan.

Jumat pagi (21/6/2013), mereka kembali ke PT.Liga dan berhasil menemui CEO PT Liga Indonesia, Djoko Driyono. Kepada para pemain PSMS Medan Djoko mengatakan akan mengevaluasi segala proposal dari PSMS Medan terkait mandeknya pembayaran gaji pemain. Para pemain juga disarankan untuk kembali ke Medan dan kembali berlatih.

Usai menerima kabar gembira itu, kesembilan pemain dengan ditemani Ali kemudian menyambangi Yayasan Media Amal Islam di kawasan Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, untuk memberikan bantuan dan memberi keceriaan kepada para anak yatim tersebut.

"Kami kan ada bantuan dari teman-teman selama kami tinggal di Jakarta memperjuangkan nasib kami, ya kami berbagi lah kepada mereka yang lebih tidak beruntung dari kami, apalagi kami kan harus pulang ke Medan," ujar salah satu kiper PSMS Medan, Ardhana.

Selama di Jakarta kata Ardhana bantuan silih berganti datang, terutama dari pemain bola yang berdarah Sumatera Utara di seluruh Indonesia. Kata dia untuk urusan makan para pemain PSMS Medan tidak pernah kekurangan. Para pemain akhirnya pulang pada Sabtu malam (22/6/2013), dengan tiket bantuan dari teman-teman di Medan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini