TRIBUNNEWS.COM - Setiap berkostum kuning timnas, Brasil tak pernah bisa melepaskan bayang-bayang masa lalu bila berhadapan dengan Uruguay.
Semifinal Piala Konfederasi 2013 menghadapi Uruguay di Belo Horizonte, Kamis (27/6/2013) dini hari WIB, ini merupakan pertemuan ke-71 antara dua negara bertetangga itu.
Bagi Brasil, semifinal nanti akan memutar kembali kenangan pahit 63 tahun lalu kala berkostum warna putih, yang sampai sekarang masih sulit dilupakan.
Saat itu di final Piala Dunia 1950, Brasil dikalahkan oleh Uruguay 2-1 di hadapan 210.000 penonton bertiket, 173.830 orang di antaranya masuk ke stadion tanpa tiket.
Ulasan di bawah ini menjelaskan mengapa pertandingan semifinal dini hari nanti akan menjadi partai menarik.
Detik-detik Trauma Selecao
1. Menjelang Pertandingan :
- Pada final Piala Dunia 1950, tuan rumah Brasil bertekad memanfaatkan momen itu bagi kebangkitan sepak bola mereka di stadion super megah Maracana.
- Pada 16 Juli, hari pertandingan, surat kabar O Mundo dengan penuh keyakinan secara mencolok memilih judul di halaman depan: INILAH JUARA DUNIA!, lengkap dengan foto tim.
- 210.000, penonton, 173.830 di antaranya tanpa tiket, menyesaki stadion baru itu, siap-siap untuk berpesta.
- Dimotori pemain bintang Zizinho, Brasil hanya butuh hasil imbang untuk menjadi juara Piala Dunia pertama kalinya pada duel bersejarah di Stadion Maracana yang baru dibangun. Sedangkan Uruguay harus menang untuk juara.
2. Pertandingan :
- Uruguay, yang menang tipis 3-2 atas Swedia pada laga sebelumnya, seolah-olah akan dijadikan korban pada pesta kemenangan tuan rumah. Brasil sendiri menang telak 6-1 pada laga sebelumnya.
- Dalam 45 menit pertama, duel berakhir imbang. Di menit ke-47, Friaca membawa Brasil unggul 1-0.
- Juan Alberto Schiaffino menyamakan skor menjadi 1-1 di menit ke-66, tapi hasil imbang itu masih cukup bagi Brasil untuk merebut gelar dunia.
- Tanpa diduga, sayap Uruguay Alcides Ghiggia membawa petaka ketika mengejutkan kiper Barbosa dengan tendangan rendah di menit ke-79 yang membungkam seisi stadion.
- Skor 2-1 untuk Uruguay bertahan hingga wasit George Reader dari Inggris meniup peluit panjang.
- Stadion megah dan terbesar di dunia itu justru menjadi saksi bisu kekalahan menyakitkan Brasil yang dikenal dengan sebutan Maracanazo (Bencana Maracana).
- Para pendukung Brasil menangis. Para pemain juga menumpahkan air mata di lapangan.
- Uruguay juara dunia untuk kedua kalinya setelah 1930.
- Jules Rimet telah menyiapkan pidato di Portugal untuk sambutan selamat kepada sang juara. Dia ternyata mengharapkan Brasil juara.
- Diwarnai sorak-sorai suporter Uruguay, panitia Piala Dunia 1950 membiarkan Rimet sendirian di lapangan sambil memegang trofi.
- Tanpa seremoni meriah, karena sebelumnya disiapkan untuk Brasil, Rimet memanggil katpen Uruguay Obdulio Varela untuk menerima trofi Piala Dunia 1950.
- Sebuah lagu Brasil juara dengan judul Brasil Os Vencedores (Brasil Sang Pemenang), yang dikarang beberapa hari sebelum final, bahkan dimainkan beberapa kali dalam latihan, akhirnya tak pernah diperdengarkan.
3. Pasca Pertandingan :
- Keesokan harinya, banyak koran Brasil yang menolak menerima fakta bahwa mereka kalah.
- Sejumlah pengggemar Brasil dikabarkan bunuh diri.
- Beberapa pemain Brasil saat itu dicaci maki.
- Banyak pemain Brasil yang kemudian diam-diam gantung sepatu, sebagiannya tak pernah lagi masuk timnas Brasil.
- Komentar Ghiggia memperparah luka Brasil. "Hanya tiga orang di dunia ini yang bisa membungkam 200.000 di Maracana dengan satu gerakan isyarat, yaitu Frank Sinatra, Paus John Paul II, dan saya," kata Ghiggia.
- Kiper Brasil Barbosa dijadikan kambing hitam atas kegagalan menyakitkan itu.
- Sejak tragedi itu, Barbosa hanya bermain satu kali memperkuat timnas dan pernah dikabarkan bunuh diri.
4. Respon dan Balas Dendam
- Sebagai respons, surat kabar Correrio da Manha dari Rio de Janeiro lalu mengadakan lomba untuk merancang ulang kostum tim warna putih yang dipakai di final Piala Dunia 1950, karena kostum itu dianggap tak memberikan inspirasi.
- Pemenang lomba itu adalah seorang ilustrator berusia 19 tahun, Aldyr Garcia Schlee, yang memadukan warna bendera Brasil, yaitu kuning, hijau dan biru. Kostum itu digunakan sampai kini.
- Negara tetangga Uruguay, selama tiga abad terakhir secara bergantian berada di bawah jajahan Spanyol dan Portugal, justru mendapat kemerdekaan dari Brasil pada 1828.
- Kekalahan terbesar Brasil, yaitu 0-6, terjadi pada September 1920 di tangan Uruguay dan negara tetangga iutu sudah mengalahkan Brasil sebanyak dua kali di final Copa America.
- Brasil yang diperkuat pemain legendaris Socrates menyerah kepada Uruguay pada 1983, sementara pada final 1995 kalah melalui adu penalti di Montevideo.
- Dendam Maracanazo pun terbalaskan dengan menekuk Uruguay di final Copa America 1989 di Maracana. Adalah Romario yang memimpin balas dendam (revans) itu, meski tragedi 1950 tetap sulit dihapus.
5. Komentar
- Alcides Ghihhia, pencetak kemenangan Uruguay dari Brasil di Piala Dunia 1950
"Hanya tiga orang di dunia ini yang bisa membungkam 200.000 penonton di Maracana dengan satu gerakan isyarat, yaitu Frank Sinatra, Paus John Paul II, dan saya"
- Nelson Rodgrigues, Penulis Drama Brasil, Novelis, Wartawan
"Setiap negara pasti mempunyai bencana nasional yang tidak terobati, seperti Hiroshima. Bencana kami, Hiroshima kami, adalah kekalahan dari Uruguay pada 1950".
Selengkapnya di edisi cetak Berita Kota Super Ball