News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liverpool ke Indonesia

Ini Untung Ruginya Jika Timnas Indonesia Diadu dengan Tim Besar Eropa

Penulis: Glery Lazuardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemain Arsenal, Lukas Podolski (tengah) mencetak gol ke gawang tim Indonesia Dream Team saat pertandingan persahabatan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta Pusat, Minggu (14/7/2013). Arsenal berhasil mencukur habis Indonesia Dream Team dengan skor akhir 7-0. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM – Pengamat sepak bola nasional, Tommy Welly, menilai kedatangan sejumlah klub elite Eropa ke Indonesia, ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi menurut dia, bertanding melawan para pemain terbaik dunia itu bisa menambah pengalaman bertanding para pemain Indonesia, namun di sisi lain hal itu menimbulkan kerugian bagi pelatih yang akan kesulitan membangun karakter tim.

“Ujicoba dengan tim besar perlu dipikirkan matang-matang. Mengapa? Karena konteks tim kita sedang dipersiapkan berlaga di babak kualifikasi Piala Asia pada bulan Oktober,” Tommy Welly kepada Tribunnews.com, Rabu (17/7/2013).

Timnas Indonesia memang sedang dipersiapkan berlaga menghadapi China pada pertandingan ketiga babak kualifikasi Piala Asia, Oktober mendatang. Sebagai upaya mempersiapkan tim, Badan Tim Nasional (BTN) menerima tawaran pihak promotor menjalani laga persahabatan melawan timnas Belanda, serta tiga klub Liga Inggris, Liverpool, Arsenal, dan Chelsea.

Menghadapi tim-tim besar, menurut pria yang akrab disapa Bung Towel itu, mau tidak mau tim akan dipaksa bermain bertahan. Harapan tentu bisa menguasai bola dan keluar dari tekanan, tetapi ketika itu tidak berjalan maka tim akan berada di dalam tekanan.

“Ketika dipaksa bertahan tak bisa keluar menyerang, alur bola seperti terhenti dan macet. Sampai tengah lapangan bola hilang lagi, tak sampai area penalti lawan. Kalau seperti ini terus pengaruhnya banyak. Ini kerugian karena karakter dan identitias tim tak terbentuk seutuhnya,” tuturnya.

Pada pertandingan menghadapi Arsenal, pemain timnas Indonesia tak mampu keluar dari tekanan. Sepanjang pertandingan, Boaz Solossa dkk dipaksa bertahan. Alhasil gawang Kurnia Meiga pun bobol 7 kali.

Tommy Welly menilai kebobolan 7 gol tentunya mempengaruhi kondisi mental pemain, dalam persiapan berlaga menghadapi Cina.

“Perbedaan kelas yang tinggi kemudian ada gol yang banyak itu menimbulkan syok, padahal jelas kekalahan itu sebuah kewajaran dalam konteks sepak bola. Hanya ketika gol besar maka akan mempengaruhi psikologis,” katanya.

Tommy Welly menyarankan agar para pemain Timnas diberi lawan selevel, seperti Malaysia atau Brunei Darussalam, agar pelatih dapat membentuk karakter dan identitas tim.

“Dalam konteks persiapan, timnas kita sendiri baru dibangun. Ujicoba ini tak seluruhnya bagian dari menyempurnakan tim itu. Dalam persiapan menghadapi lawan harus variasi supaya dapat membangun karakter tim seutuhnya,” ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini