TRIBUNNEWS.COM – Langkah Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19 untuk mengangkat trofi juara turnamen Piala AFF U-19, tinggal dua langkah lagi. Sore ini, mereka 'menjamu' timnas Timor Leste, di babak semi final Piala AFF U-19, di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur.
Tuan rumah mendapat banyak modal kala menjalani fase empat besar. Kemenangan atas Thailand dan menahan imbang Malaysia, membuat publik kembali bersemangat, setelah sebelumnya sempat khawatir kala takluk di tangan armada Vietnam.
Lolos ke babak semi final tak lepas dari performa lini belakang. Tak heran, bersua Tomor Leste, menjadi ujian kesekian kali bagi benteng-benteng Garuda, untuk berjibaku menahan serangan musuh.
Beruntung, area karang-karang muda Indonesia diisi pemain yang memiliki kualitas merata. Deretan nama, Dimas Sumantri, Febly Gushendra, Muhammad Fatchurohman, Hansamu Yama Pranata, Mahdi Fahri Albaar, Muhamad Sahrul Kurniawan, dan Putu Gede Juni Antara, menjadi jaminan bagi Pelatih Indra Sjafri bisa memasang siapapun.
Hal itu sudah terbukti kemarin, saat menghadapi Malaysia. Absennya dua pemain utama, Sahrul Kurniawan dan Hansamu Yama, mampu diisi dengan baik oleh Mahdi Fahri dan Dimas Sumantri. Dua nama terakhir tak kalah agresif dengan 'pemain inti' yang diganti.
"Lini pertahanan memang menjadi perhatian kami. Terutama di level konsentrasi pemain, yang kadang cepat terpecah jika sedang berada di atas angin. Tentu saja itu sisi negatif yang harus secepatnya dihilangkan. Timor Leste punya pemain yang cepat, kreatif dan bertenaga, dan sudah pasti para bek timnas akan bekerja keras," jelas Indra Sjafri.
Dalam perjalanannya di Piala AFF U-19 tersebut, gawang Indonesia telah dibobol sebanyak lima kali. Sementara soal produktivitas gol, tim jadi tim ketiga terbanyak setelah Thailand dan Vietnam.
"Sekarang kami fokus di pertahanan. Karena sering sekali mereka kehilangan fokus, terlalu terburu-buru dan tegang. Kondisi ini yang harus kami benahi. Karena bagaimanapun kami ingin gawang kami tidak kebobolan lagi," tegas Indra.
Satu hal lain yang menjadi perhatian adalah mental. Ini berkaitan dengan prediksi situasi alias atmosfer laga semi final, yang diyakini lebih banyak penonton. Dia berharap dukungan suporter dapat membantu kepercayaan diri anak asuhnya.
"Kami mencoba mengatasi masalah mental. Kami menggunakan tim psikolog, agar mereka diberikan jalan keluar untuk mengatasi ketegangan misalnya. Semoga kami bisa mengatasinya dengan cepat, dan tune in ke pertandingan," beber sang arsitek.
Indra mengakui, laga selangkah menuju final, kontra Timor Leste menjadi pertaruhan besar kelayakan Indonesia lolos dari grup maut. Pertaruhan besar itu pun harus diakali dengan membangun benteng pertahanan yang tangguh.
Permainan Timor Leste secara umum sama dengan Thailand dan Malaysia. Begitu dapat bola mereka akan melakukan umpan panjang ke depan. Karena itu, bek-bek Indonesia akan bekerja keras.
"Mereka harus tangguh, terutama dalam duel-duel di udara," ujar seorang staf tim High Performance Unit yang enggan disebutkan namanya kepada Tribun, kemarin.
Menyikapi laga melawan Timor Leste, Pelatih Indra Sjafri kemungkinan akan kembali menurunkan kuartet terbaiknya di lini pertahanan seperti Putu Gede Antara, Hansamu Yama, Sahrul Kurniawan, dan Fatchurohman.
Kembalinya Hansamu dan Fatchurohman, bisa menjadikan benteng pertahanan Indonesia semakin kuat. "Yama merupakan pemain yang paling bagus dalam melakukan heading," kata staf tersebut.
Tandem Yama, Sahrul Kurniawan, menilai pemain yang selama 1,5 tahun terakhir menimba ilmu di Uruguay itu memiliki kemampuan individu dan cara bertahan yang bagus."Dengan posturnya yang tinggi dia bagus dalam duel-duel di udara," kata Sahrul.
Duet Yama-Sahrul bisa disebut sebagai duet yang saling melengkapi. Saat berduet, Yama dan Sahrul kompak dalam membagi tugas. Yama yang berpostur lebih tinggi lebih berperan dalam menghalau bola-bola di udara, sementara Sahrul kebagian menghalau bola-bola bawah. "Ketika dia berada di depan, saya yang menutup, begitu sebaliknya," jelas Sahrul.
Sementara itu Hansamu Yama memandang Sahrul sebagai pemain yang bagus dalam melakukan penutupan terhadap pergerakan lawan. Pemain asal Mojokerto ini merasa tugasnya untuk naik membantu serangan jadi lebih mudah dilakukan karena Sahrul selalu sigap menjaga pertahanan, meski dia mengakui Sahrul masih kurang dalam mengantisipasi long pass dan umpan silang. "Dia bagus dalam melakukan intercept dan duel man to man," tutur Yama, yang merasa masih kurang maksimal saat melakukan intercept.
Kembalinya Fatchurohman juga membuat benteng pertahanan Garuda Muda semakin kuat. Tanpa bermaksud mengucilkan peranan Mahdi Fahri, saat melawan Malaysia pemain Deportivo Indonesia ini tampil kurang memuaskan. "Kelemahan saya adalah kurang bagus dalam menjaga lawan," ungkap Fahri, Tribunnews.com.
"Dia pemain yang sulit dilewati lawan. Dia pun bagus dalam duel-duel di udara, meski posturnya kecil," sambung Fahri soal Fatchurohman.
Sementara itu Putu Gede dapat menjadi pemain multifungsi. Pada turnamen di Hong Kong beberapa waktu lalu, pemain Diklat Ragunan itu merupakan tandem Sahrul di jantung pertahanan sebelum Yama bergabung. Namun selama Piala AFF U-19 Indra Sjafri lebih sering memainkan dia sebagai bek kanan. "Kita harus memastikan Timor Leste tidak melepaskan crossing. Kita harus tekan winger mereka," tegas Putu. (Tribunnews.com/deo)