TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sepak terjang tim nasional Indonesia U-19, yang berhasil menjadi jawara pada turnamen Piala AFF U-19, ternyata tidak hanya menarik animo masyarakat dalam negeri.
Kesuksesan mereka membuat sejumlah pilar tim menjadi incaran sejumlah klub asing. Namun demikian situasi dilematis mengiring apakah mereka sudah pantas atau belum bermain di luar negeri.
Selama penyelenggaraan Piala AFF U-19 di Sidoarjo, sejumlah pemandu bakat dari klub-klub luar negeri seperti Australia dan Singapura memantau sejumlah pemain.
Satu di antara adalah John Sime, Direktur Pengembangan Pemain Muda Brisbane Roar, klub yang bergabung di kompetisi sepak bola Liga Australia atawa A-League. Kepada Tribun pria asal Skotlandia ini mengaku sedang memerhatikan delapan pemain Indonesia.
John tidak bisa menjelaskan secara rinci siapa saja kedelapan pemain tersebut. Namun dia menyebutkan enam pemain; Muhammad Hargianto, Evan Dimas, Hansamu Yama, Ilham Udin, Maldini, dan Ravi Murdianto.
"Jujur saya sangat terkejut melihat penampilan mereka. Mereka berada di level permainan yang tinggi. Mereka di atas rata-rata pemain lokal, dan sedikit lagi selevel dengan pemain di luar negeri," tutur John kepada Tribun.
John Sime mengungkapkan tidak akan merekrut semua pemain tersebut hanya untuk digabungkan dengan tim junior, melainkan langsung menembus tim senior. John mengatakan dalam waktu dekat belum akan melakukan perekrutan, namun akan terus memantau para pemain ini dalam hitungan beberapa bulan ke depan.
"Kami akan terus menjalin kontak dengan para staf pelatih di sini untuk mengetahui perkembangan mereka," kata John.
Terbukanya peluang langka tersebut, pertanyaan yang muncul sekarang apakah para pemain ini sudah siap? Dinan Yahdian Javier misalnya yang baru saja bermain selama setahun lebih di Uruguay bersama Deportivo Indonesia.
Dinan dan sejumlah pemain muda lainnya mengatakan kendala bagi dia dan teman-teman dalam menyesuaikan diri di Uruguay hanya cuaca yang jauh lebih dingin dibandingkan di Indonesia. Kendala lain yang dijumpai Dinan dkk, selama di Uruguay adalah kerinduan kepada keluarga di tanah air.
Namun Dinan dkk sudah berhasil membuktikan mereka mampu melewati fase-fase penyesuaian diri sehingga benar-benar berhasil menyesuaikan diri. Pemain lain, Hansamu Yama, mengaku dengan kesempatan bermain di luar negeri, dia dan teman-temannya mendapatkan banyak manfaat yang bagus untuk pengembangan diri, satu di antaranya disiplin diri.
"Di sana kita jadi lebih disiplin dan berhati-hati karena kami benar-benar dilepas dan tidak ada pembatasan jam malam, apalagi tidak ada pengawasan dari orang tua. Pendamping kami tidak selamanya berada di sana," kata Dinan yang mengaku tekniknya meningkat sejak ke Uruguay.
"Ini merupakan pengalaman yang sangat berharga karena kami bisa bermain dengan pemain-pemain yang kaya pengalaman di level internasional," lanjut pemuda asal Yogyakarta itu.
Siapa yang bisa menolak kesempatan untuk bermain di luar negeri. Evan Dimas mengaku akan mengambil kesempatan itu jika ada, meski di dalam hati kecilnya saat ini dia ingin bermain untuk Persebaya 1927. "Kalau kesempatan itu ada, pasti saya ambil," kata Evan yang pernah mengikuti program 'The Chance' di Barcelona, Spanyol.
Namun kembali kepada pengalaman Dinan, hampir tak kuasa menahan rindu dengan keluarga di rumah, keluarga tetap memberikan kontribusi penting apakah pemain yang bersangkutan bisa bermain di luar negeri atau tidak.
Ilham Udin misalnya, mengaku akan meminta pertimbangan ibu dan pamannya sebelum memutuskan menerima tawaran bermain di luar negeri atau tidak. "Kalau ibu dan paman bilang tidak, saya tidak akan berangkat," tutur Ilham yang mengaku belum fasih berbahasa Inggris.
Di satu sisi, ada juga orang tua yang secara rela melepas buah hatinya untuk mengadu nasib di negeri orang. Ana, ibu dari Evan Dimas, satu di anataranya. Meski berat, Ana mengaku rela melepas Evan ke luar negeri demi perkembangan karier putra sulungnya itu.
"Tergantung Evan. Kalau Evan mau ke luar negeri, mengapa harus tidak rela, itu semua demi karier Evan yang sejak kecil dia sukai. Sebagai orang tua sebenarnya saya berat, tapi mau bagaimana lagi. Kalau Evan mendapat kesempatan bermain di luar negeri masak ditolak," tutur Ana, kepada Tribun.
Pandangan berbeda dikemukakan pelatih tim nasional U-19, Indra Sjafri. Dia menilai kesuksesan para pemain bermain di luar negeri sangat ditentukan klub mereka karena belum tentu bermain di luar negeri akan bagus. Indra juga mempertimbangkan para pemain ini masih muda dan masih membutuhkan intensitas kasih sayang dari orang tua.
"Pemain-pemain di tim ini belum pantas bermain di luar negeri. Belakangan ini memang banyak pemandu bakat klub-klub luar negeri yang meminta mereka. Kalau menurut saya pemain-pemain lebih baik bermain di dalam negeri agar sepak bola dan sekolah mereka terasah dan terus mendapatkan kasih sayang dari orang tua," jelas Indra.