TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Laga tunda Arema menjamu Pro Duta kembali urung tersaji. Jika sebelumnya, Rabu (4/9) ditengarai aksi mogok wasit, kali ini lebih nyeleneh. PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) selaku operator kompetisi Indonesia Premier League (IPL) menyajikan dua venue laga tepat di hari pertandingan, yaitu lapangan Brimob dan lapangan udara Abdul Rahman Saleh. Tak pelak, kedua tim kebingungan dan untuk kedua kalinya pertandingan batal.
Seperti diberitakan sebelumnya, dua stadion utama di Malang yakni Stadion Kanjuruhan dan Stadion Gajayana tak bisa digunakan karena dipergunakan sebagai arena tanding Menpora Cup. Namun fakta yang tersuguh adalah perangkat wasit dan panitia penyelenggara hadir di lapangan Brimob, Malang. Pro Duta hadir pula di lapangan ini dan menunggu Arema dalam durasi 2x15 menit. Sebelum akhirnya pulang ke penginapan, Hotel Pelangi.
Belum ada kejelasan dari PT LPIS apakah laga kembali diundur atau Pro Duta menang walk out (WO). Hingga berita ini diturunkan CEO PT LPIS, Widjajanto tak memberi konfirmasi, layanan pesan singkat tak berbalas, begitu juga telepon selularnya tak diangkat meski sambungan masuk.
Pelatih Kepala Arema IPL, Abdul Rahman Gurning berang alang kepalang. Ia menyebutkan PT LPIS tak becus mengurus persoalan remeh semisal jadwal dan venue laga. Lebih menohok lagi, ia menuding Widjajanto sebagai biang masalah.
Gurning mengakui sehari sebelum laga hanya ada tujuh pemain di mes. Namun, karena ada instruksi dari manajemen bahwa tim harus bermain, beberapa pemain lainnya yang tak menginap di mes dipanggil. Ia pun memboyong 13 pemain ke lapangan udara Abdul Rahman Saleh.
"Arema siap main, ada 13 pemain saya bawa ke lapangan Abdul Rahman Saleh. Itu setelah kami dapat informasi dari Manajer, pak Haris Fambudy. Pak Manajer punya surat resmi dari PT LPIS yang menyebutkan lapangan lanud AU, tempat digelarnya pertandingan. Saya dikontak jam 2 siang, di saat yang sama pemain kami, Rizan dihubungi wasit untuk datang ke lapangan Brimob. Kami bingung, tapi kami ya ikuti perintah manajer kami, apalagi beliau punya suratnya," ucap Gurning saat berbincang dengan Tribun lewat sambungan telepon selular.
Skuat Singo Edan menunggu Pro Duta 2x15 menit, namun yang ditunggu termasuk wasit dan panpel tak kunjung tiba. Akhirnya, tim memilih kembali ke mes.
"Tidak ada dasarnya PT LPIS membuat kami kalah WO. Enggak ada itu. Kami datang ke lapangan, mereka saja nggak becus mengurus jadwal dan tempat. Masak, tempat tanding saja baru ada dua jam sebelum bertanding. Ya jelas saja kepolisian nggak kasih izin. Widjajanto itu goblok, saya yang bilang, Abdul Rahman Gurning. Dia tidak profesional, pantas saja LPIS kalah pamor dari Liga Indonesia," ucapnya dengan nada meninggi.
Asisten Pelatih Pro Duta, Slamet Riyadi menuturkan tim sempat hadir di lapangan lanud AU, Abdul Rahman Saleh. Namun, PT LPIS kembali menginformasikan lapangan tersebut tak bisa digunakan karena dipergunakan untuk kegiatan TNI AU. Mereka pun dirujuk ke lapangan Brimob.
" Ya, kami tidak salah kan, karena berdasarkan kabar dari LPIS, pertandingan dipindahkan ke lapangan Brimob. Kami tunggu dari jam 15.15 sampai 16.45, begitu juga dengan wasit. Lalu, wasit memutuskan Arema kalah WO. Pada saat kami mau berangkat kembali ke hotel, pihak Arema memberi kabar bahwa mereka sedang di jalan ke lapangan Brimob. Kami tunggu mereka walau akhirnya tidak datang juga," tutur pelatih berusia 38 tahun ini. (raf/tribun medan)