TRIBUNNEWS.COM - Air mata berlinang di wajah Mamadou Sakho saat pemain bek tengah Timnas Prancis itu mengucapkan selamat tinggal kepada rekan-rekan dan suporter Paris Saint Germain, September lalu.
Teka-teki di balik air mata pemain yang kini merumput di Liverpool itu akhirnya terungkap.
"Banyak orang bilang saya seharusnya tidak melakukan itu (menangis) lantaran harus menghormati Liverpool. Saya minta maaf pada mereka. Yang terjadi pada momen itu adalah saya sedang berpikir tentang ayah, Souleymane, yang pergi saat saya berusia 13 tahun," ujarnya dalam wawancara dengan koran Le Parisien.
Menurut pemain yang lahir dan dibesarkan di Paris itu, pada acara perpisahan yang berlangsung di Parc de Prince itu, dia merasa seharusnya tak hanya ibunya yang hadir menyaksikan di bangku tribun, tetapi juga sang ayah.
"Saya juga ingin melihat ayah menyaksikan momen itu. Saya tahu di akan merasa bangga pada anaknya, dan saat itulah air mata menetes begitu saja," ujarnya.
Sakho yang bermain bersama PSG selama 11 tahun tak memungkiri dia memiliki ikatan emosional kuat terhadap bekas klubnya itu. Namun dia tak menyesali kepindahannya ke Liverpool demi pengembangan kariernya.
Hasilnya pun langsung kelihatan. Empat pekan di Liga Inggris, Sakho kini dipanggil lagi ke Timnas Prancis pada laga kualifikasi grup Piala Dunia melawan Finlandia Selasa mendatang dan laga persahabatan melawan Australia Jumat pekan ini.
"Kembali masuk skuad Prancis membuktikan bahwa saya masih layak. Di atas semua itu, ini juga membuktikan saya tidak meninggalkan PSG hanya lantaran tak lagi bisa berkompetisi di antara pemain di sana," ujarnya.
Selengkapnya baca edisi cetak Berita Kota Super Ball, Rabu (9/10/2013)