MUCHLIS Hadi Ning Syaifullah, striker Timnas U-19, dibesarkan dari keluarga sederhana, bahkan untuk bisa masuk Sekolah Sepakbola (SSB) dengan kualitas bagus, keluarga kala itu tak mampu. Saat menginjak SMP, Samsul Hadi -sang ayah- sadar bahwa Muchlis perlu dukungan sepatu.
Tapi lagi-lagi, keluarga tak mampu membelikan sepatu ideal untuk Muchlis. Kebetulan setelah Samsul keluar dari Asyabab membuka usaha membuat sepatu bola bersama warga kampung, yang dijual di kampung-kampung. Namun, kemudian Samsul lebih memilih menekuni menjadi pelatih di SSB yang didirikan sendiri, SSB Sinar Mas.
"Dulu harga sepatu sangat mahal. Muchlis pun tak malu memakai sepatu buatan keluarga. Tapi dia tak pernah berhenti berlatih. Sore di SSB Sinar Mas. Sebelum latihan ke SSB, dia latihan fisik di rumah," kata Samsul.
Ainur Rofiq, perangkat desa Blimbingsari masih ingat, Muchlis hampir tiap siang selalu lari. "Anaknya memang mau bekerja keras dan tak sungkanan. Tak tahunya sekarang jadi pemain Timnas. Kami ikut bangga," kata Rofiq.
Mulai kelas 3 SD, Muchlis berlatih bola di kampungnya dan memasuki usia di bawah 13 tahun, masuk seleksi Pengcab PSSI Mojokerto. Berlanjut ke tingkat provinsi hingga menjadi juara Piala Yamaha U-13 di Vietnam.
Muchlis akhirnya bergabung di Persebaya U-14 kemudian pindah ke klub Domhil Malang U-15. Muchlis pun lolos di Pengcab PSSI Malang setelah bergabung dengan klub Banteng Muda hingga U-16 Junior dan kemudian bergabung ke Persekap Kota Pasuruan.
"Program nasional mencari bibit-bibit muda. Sampai akhirnya Muchlis kembali masuk seleksi dan masuk pemain yang dibawa ke Hongkong U-17 hingga lahirnya juara," kenang Samsul.
Samsul mengaku, dirinya mengimpikan Muchlis menjadi pemain bola di level internasional. "Makanya nama panjang Muchlis ada nama Ning Syaifullah. Ning ini mantan pemain terkenal Petrokimia yang hebat," katanya.