TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tristan Alif Naufal bukan bocah Indonesia pertama, yang mendapat kesempatan menempa teknik sepak bola di Belanda.
Adalah Yussa Rexsava Putra Nugraha, yang bahkan sudah selangkah lebih maju dibandingkan Alif.
Jalan Yussa Nugraha dan Tristan Alif memang berbeda. Tristan Alif mendapat undangan berlatih bersama Ajax Amsterdam, setelah aksinya diunggah ke situs You Tube. Sedankan Yussa Nugraha justru sebaliknya.
Sewaktu duduk di kelas 2 di SD Nusukan 44, Surakarta, Yussa pindah ke Belanda. Kala itu, kedua orangtuanya, Edi Nugraha (ayah) dan Indra Lieu Nugraha (ibu), mengadu nasib di Belanda.
Pada 2008, sewaktu berusia 8 tahun, Yussa kemudian bergabung dengan voetbal vereneging alias sekolah sepak bola di bawah klub amatir, vv Haagse Hout.
Mengawali pendidikan dari grup F sebagai seorang bek, seiring berjalannya waktu, Yussa kemudian naik level dari grup E sampai D, dan bertransformasi menjadi seorang gelandang serang atau penyerang.
April lalu, Yussa mendapat undangan dari ADO Den Haag untuk mengikuti seleksi bersama 206 anak lain.
Yussa belum beruntung. Karena, dari 206 anak, hanya dipilih 25 orang, sedangkan Yussa hanya mentok di 30 besar.
Namun, ADO Den Haag enggan melepas Yussa begitu saja. ADO kemudian menunjuk klub Divisi III, SVV Scheveningen, untuk merekrut Yussa.
Per awal Juli silam, Yussa pun resmi bergabung dengan SVV Scheveningen, dengan pengawasan dari ADO Den Haag.
“Aku sama sekali tidak tahu bagaimana bisa mendapat undangan dari ADO. Waktu itu aku dapat surat dari klub lewat pelatihku, Ronald Block,” ungkap Yussa melalui pesan singkatnya kepada Tribunnews.com.
“ADO menunjuk SSV Scheveningen, karena Yussa masuk 30 besar dari 206 talent yang ikut seleksi. Mungkin ADO tidak ingin melepas begitu saja anak yang tidak lolos seleksi, dan SSV Scheveningen merupakan partner dari ADO,” jelas bocah kelahiran 21 Maret 2001. (*)