TRIBUNNEWS.COM - Manajemen Pro Duta FC menyebut tudingan Ketua Komdis PSSI Hinca Pandjaitan yang menyatakan pihaknya terindikasi melakukan 'match fixing', perlu diuji.
Dugaan manipulasi pertandingan terjadi saat play-off kompetisi Liga Prima Indonesia (IPL), 16-25 Oktober 2013.
Indikasi itu berdasarkan teknologi yang digunakan Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) yakni Early Warning System (EWS).
Bagaimanakah cara kerja EWS? CEO Pro Duta Wahyu Wahab menjelaskan cara kerja EWS adalah memonitor handicap (odds) pertandingan di seluruh dunia yang dijual oleh rumah judi.
Tentunya hukum pasar berlaku, semakin populer suatu pertandingan, semakin banyak rumah judi yang mengeluarkan handicap (odds) dan semakin banyak informasi yang didapat untuk melihat tim mana yang mendapatkan 'favourable result' dan semakin valid pula alasan memasang suatu taruhan.
"EWS akan melakukan variance analysis antara handicap dan real skor untuk menguji validitasnya. Hasil analisis ini menjadi input untuk analisa lanjutan sampai cukup kesimpulan untuk mengatakan suatu pertandingan berperilaku lain atau terindikasi match-fixing. Barulah masuk ke tahap investigasi. Pengalaman FIGC (Federasi Sepak Bola Italia) dalam mengungkap suatu match-fixing membutuhkan waktu yang panjang, tentunya bukan dalam hitungan hari. Seberapa besarkah pasar play-off IPL sehingga banyak rumah judi memberikan prediksinya?," tutur Wahyu, Senin (4/11/2013). (Berita Kota Super Ball/Eko Priyono)