Laporan Wartawan Surya,M Zainuddin
TRIBUNNEWS.COM,KEDIRI - Persepar Palangkaraya tidak hanya membidik Stadion Gajayana sebagai home base. Tim asal Kalimantan Tengah ini juga membidik Stadion Maguwoharjo (Yogyakarta), dan Stadion Tuah Pahoe (Palangkaraya).
Dari tiga stadion ini, hanya Stadion Gajayana dan Stadion Tuah Pahoe yang disetor ke PSSI. Direktur Kompetisi Persepar Palangkaraya, Sigit Wido berharap Persepar bisa bermarkas di Stadion Tuah Pahoe.
Tapi, peluang menggunakan Stadion Tuah Pahoe sangat tipis. Saat ini Pemkot Palangkaraya sedang merenovasi sebagaian kecil Stadion Tuah Pahoe.
Renovasi tahun ini baru meliputi ruang ganti pemain, mix zone (kawasan campuran), dan sebagainya. Sedangkan tribun penonton baru akan direnovasi tahun depan.
Saat ini tribun penonton masih terbuat dari kayu. Tim verifikasi kemungkinan besar tidak akan meloloskan Stadion Tuah Pahoe sebagai home base kontestan LSI 2013/2014.
“Demi efisiensi anggaran, kami juga sengaja tidak memasukan Stadion Maguwoharjo,” kata Sigit kepada Surya Online(Tribunnews.com Network), Kamis (28/11/2013).
Bila menggunakan Stadion Maguwoharjo, tim Persepar harus naik pesawat dua kali.
Dari Palangkaraya, tim harus berangkat ke Jakarta atau Surabaya dulu.
Setelah itu baru terbang ke Yogyakarta. Sedangkan bila menggunakan Stadion Gajayana, tim Persepar cukup terbang menuju Surabaya, dan dilanjutkan perjalanan darat menuju Malang.
Selain itu, potensi dukungan dari warga Kalimantan di Malang juga lebih besar dibandingkan Yogyakarta.
Berdasar informasi yang diterimanya, jumlah mahasiswa asal Kalimantan di Malang lebih besar dibandingkan jumlah mahasiswa di Yogyakarta.
“Jujur saja, mereka adalah pangsa paling besar. Uang penjualan tiket kan bisa digunakan untuk operasional,” tambahnya.
Banyaknya kontestan LSI asal Jatim juga menjadi pertimbangan tersendiri. Ada enam klub yang bermarkas di Jatim, yaitu Arema Cronus, Persebaya Surabaya, Persik Kediri, Persela Lamongan, Persegres Gresik, dan Persepam Pamekasan.
Dengan menggunakan Stadion Gajayana sebagai home base, biaya operasional klub pasti lebih ringan. Sebab, laga away bisa dilakoni menggunakan jalur darat.
“Kalau dari Yogyakarta, kan hanya beberapa klub saja yang dekat dari Yogyakarta,” terang Sigit.