Laporan Wartawan Tibun Jogja, Iwan Al Khasni
TRIBUNNEWS.COM - Tiga klub sepak bola asal DI Yogyakarta yang berkompetisi di level Indonesia Super League (ISL) dan Divisi Utama (DU), mengalami prahara pada awal musim kompetisi 2014.
Mereka tak lain adalah Persiba Bantul yang merumput di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, serta PSIM Yogakarta dan PSS Sleman di tataran kompetisi level kedua.
Masing-masing klub didera masalah berbeda di musim kompetisi baru. PSIM Yogyakarta misalnya, klub kesayangan warga Kota Yogya sudah babak belur lebih awal, lantaran tak ada dana operasional untuk menjalankan tim.
Bahkan, jelang DU dimulai, belum ada gerakan nyata dari pemangku kebijakan PSIM. Hanya, persiapan PSIM yang lamban, tak terlepas dari mundurnya pelaksanaan kompetisi yang baru akan digelar pasca-Pemilu, Mei mendatang.
Itu akan berdampak pada proses pembentukan tim PSIM yang hanya punya waktu efektif sebulan mendatang. Ketua Umum PSIM Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan, setelah tahu kepastian kompetisi digelar, pekan ini ada pertemuan dengan pengurus PT Putra Insan Mandiri (PIM) yang mengelola PSIM.
Haryadi menyebut, pertemuan akan membahas hasil kongres Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan meeting di Surabaya, akhir Januari lalu.
"Kami akan komunikasi data hasil pertemuan di Surabaya," katanya, akhir pekan lalu.
Jika persyaratan verifikasi klub lolos, PSIM masih harus berjibaku mencari sumber keuangan, untuk menopang kelangsungan tim satu musim mendatang. Sebab, masih terngiang dalam benak pecinta PSIM, semusim lalu, Laskar Mataram kelimpungan tak mampu membayar biaya operasional klub.
Listrik di mes pemain PSIM sempat diputus beberapa kali oleh PLN, lantaran biaya administrasi tak terbayar. Pemain pun bubar pindah ke beberapa klub, dan menyisakan beberapa pemain muda saja.
Tim kedua yang terdampak mundur pelaksanaan kompetisi adalah PSS Sleman. Padahal, klub berjuluk Elja awalnya sudah sangat siap menyongsong pelaksanaan kompetisi DU 2014.
Skuat baru sudah diseleksi dan tinggal menunggu proses teken kontrak hitam di atas putih, pada pertengahan minggu kedua Februari. Namun, selang satu hari proses tanda tangan dilakukan, mereka tiba-tiba ditinggal sejumlah pemain inti yang menyeberang ke klub lain. Status kontrak pemain yang tak kunjung dipatenkan, jadi satu di antara penyebab pemain pergi.
"Memang inginnya segera ada kejelasan agar tak ada pemain lain lagi yang pergi. Saya juga tak tak tahu masalah apa yang sebenarnya terjadi," ujar Eli Nasoka.
Saktiawan Sinaga, yang digadang-gadang jadi ujung tombak PSS, pun kebingungan menentukan sikap ke depan. Dia akhirnya memilih tetap bertahan di Medan, sebelum ada kejelasan kapan kontrak dilakukan.