TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Djadjang Nurdjaman memiliki ikatan emosional yang sangat erat dengan Persib Bandung. Sebelum ditunjuk menjadi pelatih pada musim lalu, dia pernah menjadi pemain tim asal Kota Kembang ini, dan juga pernah berstatus sebagai asisten pelatih pada 2007-2008.
Setelah itu dia menyeberang ke Pelita Jaya. Awalnya, dia menjadi pelatih sebelum Rahmad Darmawan datang dan ditunjuk sebagai pelatih kepala. Djadjang turun menjadi asisten kemudian dipulangkan lagi oleh Maung Bandung.
Djadjang merontokkan beberapa kandidat pelatih yang digadang-gadang lebih berpeluang membesut Persib. Pada musim pertamanya, Djadjang langsung dibebani mengantarkan Persib juara.
Kala itu, dia mengatakan sulit merealisasikannya dan hanya memasang target pribadi berada di posisi lebih baik dari musim sebelumnya. Punya kans berada di runner-up, Firman Utina dan kawan-kawan finis di posisi empat.
Kini, di musim keduanya, dia juga dibebani target yang sama. Untuk merealisasikannya, beberapa nama baru didatangkan menggantikan yang tak dipercaya lagi.
Saat menjadi pemain, Djadjang mengantarkan Persib menjadi Sebagai pemain, Djadjang mengantarkan Persib menjuarai kompetisi Perserikatan 1986, 1989-1990 dan 1993-1994.
Selain membela Persib, Djadjang pernah memperkuat tim lain di Galatama. Tim yang dibelanya adalah Sari Bumi Raya Bandung (1979-1980), Sari Bumi Raya Yogyakarta (1980-1982), dan Mercu Buana Medan (1982-1985).
Ada momen tak terlupakan yang ia rasakan bersama Persib ketika menjuarai kompetisi Perserikatan 1986. Pada pertandingan final menghadapi Perseman Manokwari di Stadion Utama Senayan (Gelora Bung Karno), Djadjang merupakan pahlawan kemenangan lewat gol tunggal yang dicetaknya pada menit 77. Usai pertandingan, Djadjang dielu-elukan puluhan ribu bobotoh. TIS/WIK/TRIBUN JABAR